----Postingan yang panjang----
Obrolan pertama,
Beberapa bulan lalu sepasang suami istri
yang konon katanya masih ada ikatan saudara jauh bersilaturahmi ke rumah,
Si istri : “Mbaknya seumuran anak saya
ya?udah punya pacar belum?”
Aku : “Belum.”
Si istri : “Kok belum, ya udah cepetan
nyari pacar kan udah umur 26 lebih. Mau punya anak umur berapa?”
Aku : “Karena saya nunggu yang terbaik dari
Tuhan.”
Si istri : “Anak saya aja kelamaan nunggu
pacarnya langsung saya suruh putus, dan nyari lagi yang bisa cepetan nikahin
dia karena udah umur 25 tahun, biar segera punya anak sebelum umur 30an. Jangan
milih-milih lho mbak.”
Aku : (dalam hati ngomong: gubrak )
Obrolan kedua,
Di ruangan kerja, temannya temanku datang
numpang duduk. Cerita ini itu, dan menyodorkan pertanyaan serupa.
Dia : “Mbak, anaknya udah berapa?”
Aku : “Saya belum menikah mbak.”
Dia : “Ooohhh, terus rencananya kapan mbak
nikahnya?”
Aku : “Kapan-kapan.Ntar juga akan datang
waktunya.” (jawab sekenanya sambil cengengesan)
Dia : “Wah kok kapan-kapan, sudah menutup
hati rapat-rapat mbak ini.” (sambil memandangku dengan tatapan gimana gitu)
Obrolan ketiga,
Seseorang yang dituakan : “Udah punya pacar
belum?”
Aku : “Belum. ”
Seseorang itu : “Lha kamu diem aja, kapan
mau dapat pacar. Kalo kamu suka sama seseorang kan nggak apa nelpon dia, sms
dia, ngomong kalo kamu suka dia biar dia tau.”
Aku :
“haa?”
Terlalu sering terlibat obrolan dan mendengar
komentar seperti yang diatas tadi, dari masa aku stress disodori pertanyaan
macam itu hingga nyantai aja seperti sekarang. Ada beberapa kesan yang aku
tangkap dari obrolan-obrolan semacam itu.
Buat sebagian orang punya pacar dan menikah
itu adalah suatu tuntutan, tuntutan umur dan sistem reproduksi. Jika usiamu
sudah menginjak kepala dua, selesai/sedang kuliah atau malah sudah memiliki
pekerjaan berarti sudah saatnya punya pacar dan menikah.
Sebagian lagi memandang perempuan yang
usianya udah di atas 25 tahun dan masih single itu perlu dikasihani. Kasihan
karena nggak ada yang ngelirik dan mereka menangkap kesannya ada rasa frustasi,
kasihan karena terlambat menikah dan udah keluar dari standard waktu ideal buat
menikah.
Lainnya beranggapan kamu nggak punya pacar karena kamu terlalu pilih-pilih,
diem aja nggak mau mencari dengan agresif, jual mahal nggak mau ngejar lelaki
yang disukai. *plis deh*
Umumnya orang tidak dapat menerima jika aku
berkata kepada mereka, “Saya sedang menunggu yang terbaik yang Tuhan berikan
untuk saya.”. Mereka kurang setuju dengan kata “menunggu” sebab banyak orang
memang tidak menyukai menunggu sesuatu tanpa kepastian, malah biasanya dikomen
balik : bagaimana jika sudah
menunggu tapi malah dapat yang jelek? (istilahnya, pilih-pilih tebu oleh
bongkeng ^^). Wajar sih, aku sendiri juga diproses Tuhan di bagian ini sampai
hari ini. Buat aku pribadi, selama aku melekat erat padaTUhan aku tidak sedang
asal-asalan menunggu gitu loh jadi mengapa aku harus kuatir jangan-jangan
dapat/dikasih yang jelek ama Tuhan? kekuatiran seperti itu membuktikan kalo
kita nggak sepenuh hati mempercayai Tuhan, padahal DIA adalah Bapa kita yang
tahu memberikan apa yang terbaik untuk anak-anakNya.
“ Jadi jika kamu
yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu
yang disorga!Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepadaNya.”
(Matius 7:11)
Bisa
jadi kita mendapatkan yang jelek, seperti yang kita kuatirkan justru karena
pikiran kita sendiri. Setiap kata yang keluar dari mulut kita punya kuasa untuk
mendatangkan berkat dan kutuk. Ayub pernah berkata juga,
“Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan
yang kucemaskan , itulah yang mendatangi aku.” (Ayub 3 : 25)
Tuh kan?heheee…
Apa yang sebenernya dicari dan ditunggu?
Mencari dan menunggu pasangan hidup agak beda dengan Mencari dan menunggu pasangan
hidup yang dari Tuhan. Kalo sekedar mencari dan menunggu nggak
perlu susah payah doain+konsul dengan Tuhan, asal seiman aja cukup, asal dia
baik, pengertian,betanggung jawab .. yang seperti itu mungkin lebih mudah
dicari. Sementara kalo menunggu pasangan hidup yang dari Tuhan itu kita sedang
meminta yang spesifik kepada Tuhan, perlu didoain serius, dan yang pasti
memenuhi standard yang Tuhan harapkan supaya ketika kita sudah masuk dalam
pernikahan kita bisa memenuhi tujuan Tuhan dalam hidup masing-masing, kesalahan
dalam memilih bisa jadi merusak tujuan dan rencana Tuhan tersebut. Pernikahan
itu dirancangkan Tuhan dengan sebuah tujuan besar bukan sekedar memenuhi siklus
kehidupan manusia selama hidup didunia. Pernikahan adalah sesuatu yang harus
dihormati, bernilai dan hanya sekali seumur hidup sehingga sudah seharusnya-kan
kita memilih yang terbaik dan nggak berusaha menurunkan standard yang sudah
Tuhan tetapkan. Standard yang dimaksud bukan soal fisik yang mutlak, misalnya
tingginya harus berapa cm nggak kurang atau lebih, harus punya pekerjaan
tertentu nggak mau dengan profesi lain…tapi soal standard rohani yang mutlak
harus ada, misalnya harus mencintai dan takut akan Tuhan (karena seiman aja itu
nggak cukup) dan lain-lain, tiap orang punya kriteria sendiri-sendiri’lah ya
yang disodorkan ke Tuhan cuman yang mencintai Tuhan dan takut akan Tuhan itu
mutlak harus ada. Sebagai seseorang yang pernah menurunkan standard rohani soal
pasangan hidup, aku tahu bagaimana jadinya, ketika dulu merasa sudah nggak
punya cukup kesabaran menunggu akhirnya aku berkompromi untuk menurunkan
standard rohaninya, nggak apa-apa dia nggak mau ke gereja, nggak berdoa yang
penting dia kan masih seiman,ntar pas udah menikah pasti mau diajak ke greja pemikiran
yang salah, terlalu banyak kompromi ini itu akhirnya justru semua berantakan
dan waktu yang terbuang dalam masa penantian itu jadi lebih banyak. Mengutip
kata Mr. Joshua Harris (lagi), bahwa ketika
anda mencari pasangan, carilah seseorang yang mau mendengarkan dan bertindak
tidak terburu-buru terhadap apa yang Allah katakan padanya.
Aku nulis ini tidak semata-mata aku sudah
sempurna dan mencari orang yang sempurna..sama sekali tidak..kehidupan yang
kujalani adalah serangkaian proses dimana setiap harinya adalah pembelajaran
jatuh bangun, berhasil-gagal untuk menjadi seperti apa yang Tuhan kehendaki.
Yang terakhir, (udah berapa lembar yah
tulisanku?!?) hihiii…
Berapa banyak yang menganggap bahwa seorang
perempuan bersikap agresif (baca : mengejar laki-laki) itu perlu dan wajar?
kayaknya banyak..heheee…dulu aku juga salah satunya alasannya jaman
modern-emansipasi wanita *pengakuan* . Apa yang salah dengan mengambil
inisiatif duluan?apa yang salah dengan menelpon dan sms untuk menunjukkan
perhatian?kalo perempuan nggak melakukan itu gimana si lelaki tahu kalo
perempuan tadi tertarik. Semua terdengar normal dan benar kan?.
Mrs. Elisabeth Elliot menasehatkan bahwa, TIDAK ADA hal yang harus dilakukan
seorang perempuan agar diperhatikan oleh seorang laki-laki. Jangan menelepon,
menulis surat pesan pendek (jaman sekarang jangan sms), apalagi menyatakan
perasaan jika kita menyukainya. Yang bisa dilakukan seorang perempuan adalah :
menyerahkan semua urusan pada Allah, jika dia adalah pria yang Tuhan sediakan
bagimu maka Tuhan tidak akan menahan kebaikanNya, hanya saja Tuhan punya cara
sendiri untuk mempertemukan. Perempuan itu berharga lebih dari permata so nggak
mungkin juga Tuhan dengan sembarangan memberikan kita kepada seorang lelaki.
Trus berarti harus diem aja jadi seperti
kepompong gitu? ya nggak juga sih. Bagian kita adalah memberi respon,
mempersiapkan diri supaya kelak jadi istri yang cakap sesuai Firman Tuhan,
periksalah juga motivasimu ketika kamu menghubungi seseorang apakah hanya untuk
mencari perhatian dari seorang lelaki atau tidak, yah kalo emang ada hal yang
penting masak akan trus diem. Lagipula dari kisah cinta pertama antara Adam dan
hawa jelas bahwa maksud dan tujuan Tuhan menciptakan laki-laki adalah sebagai
inisiator, dan perempuan sebagai penolong. Jika kita membalik fungsi itu, yang
terjadi adalah kekacauan..jika seorang laki-laki benar-benar mengasihimu dia
akan melakukan apapun untuk mendapatkanmu :P. Pasti ada yang mikir, yang
ngomong sih gampang tapi prakteknya?Yup aku juga ngalamin kok masa-masa
penundukan diri ke Tuhan soal ini dan susaaah, pinginnya melakukan ini itu seiring waktu aku mulai paham walaupun penundukan diri itu susah namun hasilnya
luar biasa, seenggaknya dengan menahan diri nggak ambil inisiatif duluan kita
udah menjaga hati kita sendiri dari sakit hati yang nggak perlu. Percaya deh^^.
Ya sudahlah, sekian dulu tulisan kali
ini,..
“Anda tidak pernah menjadi atau menemukan
seorang pasangan yang sempurna—kita semua adalah orang-orang berdosa—tetapi
hanya orang-orang yang memiliki sikap mau taat terhadap Firman Tuhan lah yang
akan terus bertumbuh dalam kedewasaan dan kesalehan di sepanjang kehidupan
mereka.”
(dikutip dari I Kissed dating Goodbye)
#apa yang aku tulis disini adalah bagian
dari proses pembelajaran pribadi dengan Tuhan yang tidak terjadi dengan instan,
semoga bisa menjadi berkat agar kita bisa sama-sama belajar semakin melekat
dengan Tuhan.
GBU all ^^
4 komentar :
Artikel yg baguss.. aku juga masih menunggu dan berdoa.. semoga Tuhan terus menguatkan kita..
hai...salam kenal..
thanks udah mampir...dan tetap semangat d dalam Tuhan.
Nice.. Sangat memberkati.... Thx.. ^_^
Thanks ya :) Tuhan pasti meberikan yg terbaik u anak2Nya amin!!!!!!
Posting Komentar