Selasa, 23 April 2013

BelmiroFood

Kali ini mau numpang ngiklan...^.^


Akan ada di Foodcourt MOG lt.3 mulai 25 April 2013
Untuk yang ada di area Malang atau yang lagi berkunjung ke malang silakan berkunjung yach :p :p
Thanks.

GBU All ^^




Sabtu, 13 April 2013

Tentang Mencari-Menunggu Pasangan Hidup (yang dari Tuhan)


----Postingan yang panjang----
Obrolan pertama,
Beberapa bulan lalu sepasang suami istri yang konon katanya masih ada ikatan saudara jauh bersilaturahmi ke rumah,
Si istri : “Mbaknya seumuran anak saya ya?udah punya pacar belum?”
Aku : “Belum.”
Si istri : “Kok belum, ya udah cepetan nyari pacar kan udah umur 26 lebih. Mau punya anak umur berapa?”
Aku : “Karena saya nunggu yang terbaik dari Tuhan.”
Si istri : “Anak saya aja kelamaan nunggu pacarnya langsung saya suruh putus, dan nyari lagi yang bisa cepetan nikahin dia karena udah umur 25 tahun, biar segera punya anak sebelum umur 30an. Jangan milih-milih lho mbak.”
Aku : (dalam hati ngomong: gubrak )
Obrolan kedua,
Di ruangan kerja, temannya temanku datang numpang duduk. Cerita ini itu, dan menyodorkan pertanyaan serupa.
Dia : “Mbak, anaknya udah berapa?”
Aku : “Saya belum menikah mbak.”
Dia : “Ooohhh, terus rencananya kapan mbak nikahnya?”
Aku : “Kapan-kapan.Ntar juga akan datang waktunya.” (jawab sekenanya sambil cengengesan)
Dia : “Wah kok kapan-kapan, sudah menutup hati rapat-rapat mbak ini.” (sambil memandangku dengan tatapan gimana gitu)
Obrolan ketiga,
Seseorang yang dituakan : “Udah punya pacar belum?”
Aku : “Belum. ”
Seseorang itu : “Lha kamu diem aja, kapan mau dapat pacar. Kalo kamu suka sama seseorang kan nggak apa nelpon dia, sms dia, ngomong kalo kamu suka dia biar dia tau.”
Aku :  “haa?”

Terlalu sering terlibat obrolan dan mendengar komentar seperti yang diatas tadi, dari masa aku stress disodori pertanyaan macam itu hingga nyantai aja seperti sekarang. Ada beberapa kesan yang aku tangkap dari obrolan-obrolan semacam itu.
Buat sebagian orang punya pacar dan menikah itu adalah suatu tuntutan, tuntutan umur dan sistem reproduksi. Jika usiamu sudah menginjak kepala dua, selesai/sedang kuliah atau malah sudah memiliki pekerjaan berarti sudah saatnya punya pacar dan menikah.
Sebagian lagi memandang perempuan yang usianya udah di atas 25 tahun dan masih single itu perlu dikasihani. Kasihan karena nggak ada yang ngelirik dan mereka menangkap kesannya ada rasa frustasi, kasihan karena terlambat menikah dan udah keluar dari standard waktu ideal buat menikah.
Lainnya beranggapan kamu nggak punya pacar karena kamu terlalu pilih-pilih, diem aja nggak mau mencari dengan agresif, jual mahal nggak mau ngejar lelaki yang disukai. *plis deh*
Umumnya orang tidak dapat menerima jika aku berkata kepada mereka, “Saya sedang menunggu yang terbaik yang Tuhan berikan untuk saya.”. Mereka kurang setuju dengan kata “menunggu” sebab banyak orang memang tidak menyukai menunggu sesuatu tanpa kepastian, malah biasanya dikomen balik  : bagaimana jika sudah menunggu tapi malah dapat yang jelek? (istilahnya, pilih-pilih tebu oleh bongkeng ^^). Wajar sih, aku sendiri juga diproses Tuhan di bagian ini sampai hari ini. Buat aku pribadi, selama aku melekat erat padaTUhan aku tidak sedang asal-asalan menunggu gitu loh jadi mengapa aku harus kuatir jangan-jangan dapat/dikasih yang jelek ama Tuhan? kekuatiran seperti itu membuktikan kalo kita nggak sepenuh hati mempercayai Tuhan, padahal DIA adalah Bapa kita yang tahu memberikan apa yang terbaik untuk anak-anakNya.
“ Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang disorga!Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepadaNya.” (Matius 7:11)
 Bisa jadi kita mendapatkan yang jelek, seperti yang kita kuatirkan justru karena pikiran kita sendiri. Setiap kata yang keluar dari mulut kita punya kuasa untuk mendatangkan berkat dan kutuk. Ayub pernah berkata juga,
“Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan , itulah yang mendatangi aku.” (Ayub 3 : 25)
Tuh kan?heheee…
Apa yang sebenernya dicari dan ditunggu? Mencari dan menunggu pasangan hidup agak beda dengan Mencari dan menunggu pasangan hidup yang dari Tuhan. Kalo sekedar mencari dan menunggu nggak perlu susah payah doain+konsul dengan Tuhan, asal seiman aja cukup, asal dia baik, pengertian,betanggung jawab .. yang seperti itu mungkin lebih mudah dicari. Sementara kalo menunggu pasangan hidup yang dari Tuhan itu kita sedang meminta yang spesifik kepada Tuhan, perlu didoain serius, dan yang pasti memenuhi standard yang Tuhan harapkan supaya ketika kita sudah masuk dalam pernikahan kita bisa memenuhi tujuan Tuhan dalam hidup masing-masing, kesalahan dalam memilih bisa jadi merusak tujuan dan rencana Tuhan tersebut. Pernikahan itu dirancangkan Tuhan dengan sebuah tujuan besar bukan sekedar memenuhi siklus kehidupan manusia selama hidup didunia. Pernikahan adalah sesuatu yang harus dihormati, bernilai dan hanya sekali seumur hidup sehingga sudah seharusnya-kan kita memilih yang terbaik dan nggak berusaha menurunkan standard yang sudah Tuhan tetapkan. Standard yang dimaksud bukan soal fisik yang mutlak, misalnya tingginya harus berapa cm nggak kurang atau lebih, harus punya pekerjaan tertentu nggak mau dengan profesi lain…tapi soal standard rohani yang mutlak harus ada, misalnya harus mencintai dan takut akan Tuhan (karena seiman aja itu nggak cukup) dan lain-lain, tiap orang punya kriteria sendiri-sendiri’lah ya yang disodorkan ke Tuhan cuman yang mencintai Tuhan dan takut akan Tuhan itu mutlak harus ada. Sebagai seseorang yang pernah menurunkan standard rohani soal pasangan hidup, aku tahu bagaimana jadinya, ketika dulu merasa sudah nggak punya cukup kesabaran menunggu akhirnya aku berkompromi untuk menurunkan standard rohaninya, nggak apa-apa dia nggak mau ke gereja, nggak berdoa yang penting dia kan masih seiman,ntar pas udah menikah pasti mau diajak ke greja pemikiran yang salah, terlalu banyak kompromi ini itu akhirnya justru semua berantakan dan waktu yang terbuang dalam masa penantian itu jadi lebih banyak. Mengutip kata Mr. Joshua Harris (lagi), bahwa ketika anda mencari pasangan, carilah seseorang yang mau mendengarkan dan bertindak tidak terburu-buru terhadap apa yang Allah katakan padanya.
Aku nulis ini tidak semata-mata aku sudah sempurna dan mencari orang yang sempurna..sama sekali tidak..kehidupan yang kujalani adalah serangkaian proses dimana setiap harinya adalah pembelajaran jatuh bangun, berhasil-gagal untuk menjadi seperti apa yang Tuhan kehendaki.
Yang terakhir, (udah berapa lembar yah tulisanku?!?) hihiii…
Berapa banyak yang menganggap bahwa seorang perempuan bersikap agresif (baca : mengejar laki-laki) itu perlu dan wajar? kayaknya banyak..heheee…dulu aku juga salah satunya alasannya jaman modern-emansipasi wanita *pengakuan* . Apa yang salah dengan mengambil inisiatif duluan?apa yang salah dengan menelpon dan sms untuk menunjukkan perhatian?kalo perempuan nggak melakukan itu gimana si lelaki tahu kalo perempuan tadi tertarik. Semua terdengar normal dan benar kan?.
Mrs. Elisabeth Elliot menasehatkan bahwa, TIDAK ADA hal yang harus dilakukan seorang perempuan agar diperhatikan oleh seorang laki-laki. Jangan menelepon, menulis surat pesan pendek (jaman sekarang jangan sms), apalagi menyatakan perasaan jika kita menyukainya. Yang bisa dilakukan seorang perempuan adalah : menyerahkan semua urusan pada Allah, jika dia adalah pria yang Tuhan sediakan bagimu maka Tuhan tidak akan menahan kebaikanNya, hanya saja Tuhan punya cara sendiri untuk mempertemukan. Perempuan itu berharga lebih dari permata so nggak mungkin juga Tuhan dengan sembarangan memberikan kita kepada seorang lelaki.
Trus berarti harus diem aja jadi seperti kepompong gitu? ya nggak juga sih. Bagian kita adalah memberi respon, mempersiapkan diri supaya kelak jadi istri yang cakap sesuai Firman Tuhan, periksalah juga motivasimu ketika kamu menghubungi seseorang apakah hanya untuk mencari perhatian dari seorang lelaki atau tidak, yah kalo emang ada hal yang penting masak akan trus diem. Lagipula dari kisah cinta pertama antara Adam dan hawa jelas bahwa maksud dan tujuan Tuhan menciptakan laki-laki adalah sebagai inisiator, dan perempuan sebagai penolong. Jika kita membalik fungsi itu, yang terjadi adalah kekacauan..jika seorang laki-laki benar-benar mengasihimu dia akan melakukan apapun untuk mendapatkanmu :P. Pasti ada yang mikir, yang ngomong sih gampang tapi prakteknya?Yup aku juga ngalamin kok masa-masa penundukan diri ke Tuhan soal ini dan susaaah, pinginnya melakukan ini itu  seiring waktu aku mulai paham walaupun penundukan diri itu susah namun hasilnya luar biasa, seenggaknya dengan menahan diri nggak ambil inisiatif duluan kita udah menjaga hati kita sendiri dari sakit hati yang nggak perlu. Percaya deh^^.
Ya sudahlah, sekian dulu tulisan kali ini,..
 “Anda tidak pernah menjadi atau menemukan seorang pasangan yang sempurna—kita semua adalah orang-orang berdosa—tetapi hanya orang-orang yang memiliki sikap mau taat terhadap Firman Tuhan lah yang akan terus bertumbuh dalam kedewasaan dan kesalehan di sepanjang kehidupan mereka.”
(dikutip dari I Kissed dating Goodbye)
#apa yang aku tulis disini adalah bagian dari proses pembelajaran pribadi dengan Tuhan yang tidak terjadi dengan instan, semoga bisa menjadi berkat agar kita bisa sama-sama belajar semakin melekat dengan Tuhan.

GBU all ^^

Selasa, 02 April 2013

Kalo Pacaran Ngapain Sih?


Nampaknya musim penghujan belum berakhir, diluar hujan turun dengan intesitas lumayan deras…dan cara terbaik untuk menikmati hujan sore ini adalah dengan menghabiskan waktu untuk menulis (^.^)v
Sebagai seseorang yang tinggal dan besar di sebuah kampung, aku terbiasa mendengar berbagai macam kabar sedap dan tidak sedap tersebar cepat. Seperti hari minggu kemarin, kabar kalau seorang anak perempuan dari RT seberang akan menikah tersebar luas sementara tidak ada undangan yang tersebar. Niat pernikahan diam-diam tak urung hanyalah sebuah niat tak kesampaian, toh orang lebih cepat tahu hal yang demikian. Si perempuan belia yang belum genap 17 tahun itu terpaksa meninggalkan bangku sekolahnya karena terlanjur hamil . Dan setelah diruntut, 1 atau 2 tahun lalu teman sepermainan atau mungkin sahabat si perempuan tadi juga mengalami hal yang sama. Fenomena seperti ini sudah bukan hal yang baru, namun tetap saja membuatku spontan berkomentar, “Kok bisa? emang dia ngapain aja?” (nanya’nya dengan ekspresi lugu,padahal jelas-jelas tahu jawabannya).
Ada juga cerita seorang perempuan yang lain, sebut aja X. X ini hamil beberapa bulan sementara pacarnya tidak bersedia bertanggung jawab, dan membuatku miris mendengar ceritanya.
Semua yang mendengar kejadian ini akan berkata, “Salah mereka sendiri..bla..bla..blaa…”
Memang si perempuan belia tadi, juga sahabatnya, dan si X telah melakukan kesalahan yang membuat mereka harus menanggung sebuah konsekuensi yang rumit atas perbuatannya tetapi pernahkah terlintas dalam benak kita bahwa apa yang terjadi atas diri mereka adalah karena mereka tidak mengerti konsep sebuah hubungan yang benar?sedangkan ditengah ketidaktahuannya mereka tidak memiliki tempat untuk bertanya dan mendapat jawaban yang benar sehingga mereka cenderung mencari kebenaran itu dari lingkungan pertemanan mereka dan media-media lain.
Semasa pacaran, si X tadi banyak curhat dengan rekan kerjanya yang dianggap lebih berpengalaman makan asam garam kehidupan..sayangnya nasehat yang didapat si X berbunyi seperti ini, “jaman sekarang kalo pacaran itu nggak sama dengan jaman dulu, jamanku dulu gandengan tangan aja nggak boleh tapi sekarang  nggak masalah kalo kamu mau “ngapa-ngapain”  itu baru gaul.”
Aku pribadi pernah sharing dengan teman beberapa tahun lalu, lantas dia bilang seperti ini, “Prinsipnya selama pacaran kamu bolehlah memberikan lebih asal nggak semuanya ( artinya asal kamu tetap menjaga keperawanan).” dan waktu itu jujur aku percaya dan setuju-setuju aja, apalagi yang ngomong ini saudara seiman *garuk kepala*. Untung cuma sebatas setuju lewat omongan aja, nggak dalam sikap.
Kitapun nggak bisa menolak visualisasi yang ditawarkan media hiburan, setiap film yang diputar selalu membubuhkan adegan romantis mulai dari bergandengan tangan, meningkat ke pelukan, cium pipi, cium kening dan seterusnya.  Jalan cerita sinetron juga dibumbui dengan kisah jatuh cinta ala ABG, anak-anak berseragam putih biru yang lebih sibuk mengejar-ngejar lawan jenisnya menggunakan berbagai cara, malah nggak fokus dengan pendidikan.
Kesimpulan yang muncul di benak mereka jadinya :  pacaran itu hubungan  antara perempuan dan laki-laki, yang didalamnya termasuk melakukan hal-hal yang sifatnya mengandung sentuhan fisik asal nggak kebablasan. Fufufu…>.< 
Benarkah demikian?
Sewaktu aku belum mengerti kebenaran Firman Tuhan aku menerima kesimpulan itu sebagai hal yang paling benar, namun sekarang lain lagi ceritanya. Pas jaman pelajaran agama di sekolah sih udah diajarin bahwa pacaran itu adalah satu fase sebelum memasuki jenjang pernikahan. Teorinya gitu dan murid sekelas tahu cuman dalam prakteknya jauuh dari teori, mikirnya malah kalo nggak punya pacar berarti nggak laku, kesepian, nggak seruàujung-ujungnya berlomba mencari pacar hanya untuk memenuhi tuntutan bukan untuk tujuan yang benar di hadapan Tuhan. Lantas kebanyakan cewek, punya pemikiran jika dia memberikan apa yang diinginkan pria dalam hal kepuasan fisik,pasti dia akan mendapatkan kasihnya selamanya (ini ada dibuku Lady in Waiting). Nggak apa-apa berpelukan, nggak apa-apa berciuman daripada ntar nggak mau malah diputus dan ditinggalkan, padahal udah cinta banget. Setelah berkompromi dengan kata nggak apa-apa malah jadi penasaran, ingin tahu dan mencoba lebih dalam lagi, begitu sadar terlambat sudah.
Satu tindakan fisik berdasarkan rasa suka bukannya melekatkan kasih mereka, tetapi justru menghancurkannya (Lady in Waiting, hal 90). Tuhan mau anak-anakNya menjaga kekudusan dirinya karena tubuh kita adalah bait Allah, dan kekudusan itu lebih dari sekedar keperawanan/ keperjakaan loh. Kekudusan itu berbicara soal bagaimana hidup kita di mata Tuhan. Nah, seandainya kita berkompromi dengan hal  yang tidak kudus lantas menutupinya dengan dalih kan yang penting  nggak kebablasan?tetap aja itu tidak benar di mata Tuhan.
So, berhati-hatilah dalam memilih pergaulan karena dengan siapa kita bergaul itu menentukan perilaku kita. Bertanyalah pada orang-orang yang memiliki otoritas yang benar, bukan yang asal cukup usia untuk memberi nasehat, ibarat bertanya arah ke orang yang salah akhirnya malah kesasar :p. Setiap nasehat yang kita dapatkan juga harus diuji nggak asal diterima dan dilakukan, pertimbangkan dengan baik nilai kebenarannya.
Amsal 18 : 24
Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara.”
1 Korintus 15 : 33
“ Janganlah kamu sesat; Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”
Kedua, Sebagai seorang cewek (cowok juga) adalah penting buat kita menjaga diri kita dengan baik. Ada konsekuensi yang lebih rumit yang mesti dibayar dan itu nggak sebanding dengan kenikmatan sesaat yang didapatkan. Jika akhirnya seperti perempuan belia tadi, pikirkanlah betapa banyak yang harus dia tanggung?pernikahan mungkin menyelesaikan sedikit masalah, tetapi siapkah dia menanggung beban rumah tangga pada usia belia tanpa bekal ijasah yang memadai dan pekerjaan?Ada banyak masalah lain menanti didepan, sudah siapkah kamu?. Belum tentu pula seseorang yang menerima segala-galanya darimu akan menjadi suami/istri di masa depan, seperti yang dialami si X.
Perasaan kasih itu tidak hanya diungkapkan lewat kedekatan fisik yang sembrono sebelum dua orang menikah, perasaan itu bisa diungkapkan dalam pengendalian diri, kesabaran.

Lalu, pacaran itu ngapain sih?
Hubungan lawan jenis tidak lagi merupakan “menikmati saat-saat indah” atau mempelajari apa yang aku inginkan dalam sebuah hubungan. Hubungan itu bukan lagi tentang mendapatkan, tetapi memberi. Setiap hubungan (terutama untuk anak Tuhan) merupakan sebuah kesempatan untuk mengasihi orang lain seperti Allah mengasihi kita. Mengesampingkan keinginan-keinginan kita dan melakukan apa yang diinginkan oleh pasangan kita. Mengasihi dia bahkan walaupun tidak ada yang dia berikan untuk kita. Menginginkan kesucian dan kemurnian dari pasangan kita karena hal itu menyenangkan Allah dan melindungi pasangan kita. (kata Mr. Joshua Harris dalam bukunya I Kissed Dating Goodbye, hal. 9).

Yuk, kita sama-sama belajar menjadi seperti yang Tuhan kehendaki dalam kehidupan kita masing-masing dari sekarang, pas masih single ataupun sudah diijinkan Tuhan melangkah ke fase berikutnya. Hihiii.

GBU ^^




Senin, 01 April 2013

Hanya Kata-kata


Aku melihat “mimpi” yang berminggu-minggu lalu telah aku kuburkan hari ini kembali,
Dimana setiap serpihannya seakan bercerita, membangun perlahan semangat yang telah kupadamkan dengan rela.
Nyatakah ini semua, Tuhan?ataukah aku salah mengartikan sesuatu?
Pagi kemarin, tiba-tiba Tuhan mengingatkanku tentang kekuatan dari setiap kata yang terucap. Sepertinya Tuhan sedang berkata, “Jika dulu kamu memperkatakan sesuatu yang “negatif” tentang dirimu sendiri dan itu bisa terjadi, apalagi jika kamu memperkatakan sesuatu yang positif?
Apakah ini berarti Tuhan menghendaki aku untuk mulai memperkatakan sesuatu tentang “mimpi” itu lagi, untuk mulai mendoakan dan mengimaninya dengan benar sekali lagi agar itu terjadi dan tergenapi dalam hidupku?
Aku beranggapan bahwa 99% “mimpi” itu tidak akan terwujud, terlalu rumit dan mustahil namun demikian Tuhan mengingatkanku juga lewat kata-kataNya yang lembut, masih ada 1% untuk berkata TIDAK ADA YANG MUSTAHIL BAGI TUHAN.
Cukuplah bagiku saat ini untuk percaya bahwa Tuhan bekerja dengan caraNya. Berikan aku hikmatMu, Tuhan..agar aku semakin mengerti jalan rencanaMu dihidupku.
“TUHAN akan menyelesaikannya bagiku!Ya TUHAN, kasih setiaMu untuk selama-lamanya; jangan Kautinggalkan perbuatan tanganMu.” (Mazmur 138 :8)