(alasanku ngasih judul remember when karena
aku suka banget dengan novel Winna Efendi,yang judulnya itu. Udah baca sampai
lima kali dan tetap masuk dalam daftar salah satu novel favoritku—hehee cuma
itu sih alasannya)
Mau cerita tentang lagu Raisa-Melangkah
Pertama tahu lagunya dari adhekku yang hobi
download memanfaatkan koneksi WIFI kampusnya yang super cepat koneksinya. Dia
bilang kalo video klipnya simple tetapi unik, diantara suasana pantai yang sepi
dan perpaduan warnanyayang eksotik, plus pernak-pernik yang sengaja dimunculkan
disitu..otomatis karena mengamati video klipnya udah tentu mulai menyimak lirik
lagunya juga. Makin didengerin makin membawaku terhanyut ke kisah cinta di masa
lalu..Hahay..
Waktu masih menjalin hubungan dengan
seseorang aku pernah berharap sekaligus mengira dia adalah orang terakhir yang
akan menjadi bagian hidupku selamanya (namanya juga sedang jatuh cinta) tapi
ternyata nggak kejadian. Pertemuan dengan seseorang (salah satu teman baikku semasa
sekolah dasar sampai sekolah menengah pertama) secara nggak sengaja di jejaring
social facebook membuat aku dan dia kembali menjadi dekat sampai memutuskan
untuk menjalin sebuah hubungan. Kesalahan aku waktu itu adalah aku nggak konsul
ke Tuhan, nggak nunggu konfirmasi Tuhan bilang iya atau nggak, pikirku asal
bersama seorang yang seiman pasti Tuhan setuju *tepok jidat* . Terjadilah
kemudian setelah berjalan setengah tahun lebih, hubungan yang mulanya baik-baik
saja tiba-tiba bermasalah sampai akhirnya
aku dan dia mengambil keputusan untuk berpisah. Aku sempat agak ngeyel ke Tuhan
(bukan agak sih malah ngeyel banget kayaknya..hahaa) pengen banget balik dengan
dia. Pokoknya Tuhan harus membuat kita berdua balikan gitu karena aku cintanya
Cuma sama dia, nggak mau orang lain dan nggak bisa kalo harus mencintai orang
lain. Titik. Serius aku ngomong gitu ke Tuhan, dengan ekspresi orang depresi
gak ketulungan. Wkwkwkw. Dampak dari perpisahan itu aku mulai merasakan
kesepian, merasa diriku nggak berharga, nggak dicintai oleh siapapun dan untuk
melarikan diri dari kesepian itu aku mulai mengejar-ngejar kesenangan (dalam
arti yang masih positif sih). Tiap pulang kerja aku mampir ke rumah untuk
makan, ganti baju lalu pergi lagi keluyuran ke mall, ke rumah teman. Nggak
sampai pulang larut malam sih, paling jam 8 malam udah dirumah lagi trus
langsung masuk kamar, tidur. Gitu trus sampai berapa minggu, puncaknya ada dua
kejadian yang membuatku tersadar bahwa aku nggak semestinya bertingkah seperti
itu.
Pertama, aku pergi ke mall dengan seorang
teman. Aku inget banget sedang menelusuri rak-rak besar di pusat perbelanjaan,
di situ rame banget. Temanku sibuk memilih barang belanjaan ini itu, aku terus
mengekorinya ditengah keramaian tetapi aku merasa sepertinya tempat itu sepi
banget. Semua orang dan barang di sekitarku seperti bergerak dengan cepat kayak
di film-film sedangkan aku ada diantaranya tanpa dipedulikan keberadaanku,
hatiku berteriak minta tolong tapi tidak ada yang mendengarkan. Aku mengira
pulang dari sana aku akan mendapati perasaanku lebih baik, namun aku salah.
Sampai di kamar aku nangis karena nggak tahan menghadapi semua, aku masih
kesepian.
Kedua, di mall yang sama beberapa minggu
kemudian. Bersama seorang teman yang lain, sedang hunting buku dan perasaan
yang sebelumnya terulang lagi.
Pulang dari sana ku mulai mikir, sepertinya
ada yang salah. Aku tetap merasa kosong, nggak berharga, bahkan tempat paling
aku sukai sekalipun (toko buku) nggak bisa mengisi kekosongan yang terjadi.
Nggak bisa mengatasi kesepianku. Di saat seperti itulah aku mulai mencari Tuhan
lagi, Tuhan yang selama beberapa waktu aku jauhin karena aku marah DIA
membuatku berpisah dengan seseorang. Aku mulai datang kepadaNya, mulai
menceritakan keadaanku sejujur-jujurnya. Emang bukan sekejap mata merasa tidak
kesepian lagi, masih tetap ada bagian proses yang harus ku lewati bedanya
setelah aku mulai cerita dengan jujur sama Tuhan hatiku mulai merasa lebih
tenang. Kesepian itu lambat laun bisa diatasi, Thanks God. Aku mulai jarang
keluyuran, blusukan ke mall sampai menurut teman-teman diriku berubah jadi
aneh. Setiap kali aku mulai merasa dihantui perasaan kesepian itu, ku memilih
untuk duduk diam sendirian di dalam kamar sambil mendengarkan lagu-lagu rohani,
sambil curhat ke Tuhan, dan doa. Bukan sebuah cara yang bisa dipahami oleh
kebanyakan orang kedengaran terlalu rohani mungkin :p,tapi yah lain orang lain
pula caranya. Faktanya, aku justru mulai dipulihkan Tuhan lewat cara itu. Aku
dibuat Tuhan menyadari satu hal penting bahwa tidak ada sesuatu apapun didunia
ini yang bisa membuatmu menjadi utuh kecuali Tuhan sendiri.
Now, dua tahun berlalu sejak peristiwa
perpisahan dengan seseorang yang tragis wkwkwkw. Aku mendapati diriku masih
bisa berdiri tegak, tersenyum lebar menghadapi hari demi hari meskipun sejak
saat itu sampai hari ini masih diijinkan Tuhan menjadi seorang perempuan single
:p.-aku tetap bersyukur untuk masa ini. Tuhan Yesus yang begitu mencintaiku
mengubah masa laluku untuk mendatangkan kebaikan-kebaikan di masa depanku, dan
aku mengecap itu sekarang. Seseorang yang dulunya ngeyel itu sekarang
berbalik mensyukuri keputusan Tuhan yang telah membuatnya harus berpisah dengan
seseorang. Proses pemulihan itu menyakitkan, merasa kesepian itu aku tahu
sekali rasanya tidak mengenakkan namun aku bersyukur karena Tuhan mendampingiku
melewati masa itu . Selalu ada yang bisa dipelajari dari kesalahan masa lalu. Sekarang
sih Puji Tuhan udah melewati masa menyakitkan itu, sudah dipulihkan dari luka
hati dan kepahitan terhadap seseorang yang terpenting tidak lagi merasakan
kesepian dan kekosongan hidup seperti dulu karena Tuhan telah menjadi bagian
hidupku ^^
Oh ku tak sendiri, pancaran sinar mentari menemani
tiada henti.
Oh dan tak kusesali Tlah kulupakan dirimu. tak
mengapa, aku melangkah sendiri dapat ku jalani
#(yang nggak mungkin sendiri tanpa Tuhan) Heheee…
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu
bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Roma 8 :28)
0 komentar :
Posting Komentar