Sabtu, 29 Desember 2012

Bongkar-bongkar File Lama : 2


Dedicated to: ..............

Dengan cinta kita akan senantiasa hidup,
sambil melagukan kisah romantis dari alam yang tersampaikan lewat irama seruling nan merdu
Senandung nyanyian hati di musim semi
Di sepanjang perjalanan kehidupan setiap orang pasti dipertemukan dengan seorang kekasih
Berikanlah untuknyamahkota yang tersemat dari untaian pucuk daun, yaitu sebuah harapan akan kehidupan yang baru
Dan sematkanlah kelopak bunga di jari manisnya, yang akan mengikatkan suka dan duka dalam kebersamaan.
Purnama muncul di atas cakrawala
Menerangi langit yang gelap saat ditinggal sang mentari
Meski semua orang terbungkam dalam sepi
Terlarut dalam kepiluan, biarlah tetap tegar hati ini
Sebab kau adalah diriku yang lain, belahan jiwaku
Yang tak ku miliki sejak lahir, namun dianugerahkan oleh rahasia Tuhan sebagai peneduh dan labuhan jiwa.

---Malang, April 2007----


(yang ini dibuat untuk pernikahan teman, heheee kata-katanya kalo dipikir-pikir agak lebay deh :P)

Bongkar-bongkar File Lama :1


Kemaren berhubung masih dalam rangka menghabiskan jatah cuti dan berhubung mulai bingung karena tidak ada kesibukan yang berarti akhirnya iseng membongkar kardus yang sebenarnya sudah di pak rapi. Dan ketemulah beberapa buku-buku lama semacam diary begitu ^^, ada juga notes hadiah dari produk obat-obatan yang hampir penuh dengan cerpen tanpa ujung cerita yang jelas (begitulah dulu sewaktu masih kerja di tempat lama, sebelum dipromosikan Tuhan untuk masuk ke pekerjaan yang sekarang aku punya banyak waktu luang untuk menulis di jam kerja. Bukan karena aku nggak serius kerja tapi karena nggak ada hal yang harus dilakukan selain menunggu pembeli datang :p).
Dan waktu membolak-balik salah satu notes, ketemulah dengan tulisan yang ini. Lupa kapan membuatnya karena nggak diberi tanggal tapi melihat dari tulisan sebelumnya sih sekitar akhir tahun 2007 atau awal 2008-an.

-----
Di Sebuah Persimpangan

Aku seperti berada pada satu persimpangan jalan, dan tidak tahu kemana harus menentukan langkah.

Aku ingin memutar balik waktu berharap tidak perlu memberi label “masa lalu” pada satu fase kehidupan yang baru saja aku tinggalkan. Aku ingin kembali ke sana namun terlambat, karena pintu menuju kesana telah tertutup dan memang tidak ada jalan masuk kembali ketika kita telah keluar melewatinya.

Dengan ragu aku mencoba menengok pada jalan yang mengarah ke kanan, sepertinya jalan yang nyaman untuk dilewati. Dari jauh sayup terdengar suara tawa yang tidak henti, namun lama kelamaan berubah seperti suara orang yang meracau tak jelas membuatku mengurungkan niat untuk memilih jalan ini.

Aku berpikir mungkin jalan yang mengarah kiri lebih baik, ada jalan setapak yang mudah dilalui untuk sampai kesana. Ah apa itu, rupanya banyak orang yang masuk kesana akan dibuat terbang dengan sayap warna-warni dan seolah tidak pernah ada yang terjatuh. Aku mulai tergiur, membayangkan bagaimana rasanya terbang dengan sayap berwarna-warni. Namun aku menyadari ada yang janggal disitu, jalan ini penuh kebisuan, semua asyik dengan sayap masing-masing tanpa peduli mengenai keberadaanmu.  Jadi akupun batal melewati setapak ini.

Satu-satunya yang tersisa adalah jalan yang membentang dihadapanku. Menatapnya saja aku enggan, tidak ada tawa disana, namun juga bukan jalan penuh kebisuan. Aku melihat setapak berbatu, melihat bukit terjal,memang ada taman indah di seberang sana jauh dan amat sulit dijangkau. Hatiku miris, bisakah aku melewatinya?”

“Jangan takut, aku akan menemani perjalananmu.”  ada suara hangat penuh wibawa menyambutku.

“ Mari!” ajakNya sambil mengulurkan tangan untuk menggandengku. Aku ragu, hatiku menimbang-nimbang keputusan apa yang hendak aku buat.

“Ku beritahu padamu, nak! Jalan ini memang tidak mudah, namun percayalah padaKu,AKU akan membimbing langkahmu.”

Tanpa pikir panjang aku menyambut uluran tanganNya. Aku tidak ingin membuang waktu untuk memulai perjalanan yang baru lagi, dan untuk kali ini aku yakin tidak salah menentukan arah. Aku bersama seorang yang TEPAT.

------

Tulisan di atas nggak 100% sama dengan yang ada di notesku, ada beberapa bagian yang kemudian aku edit karena kata-katanya kurang pas. Tulisan itu berhubungan dengan sebuah peristiwa tragis yang menimpa hidupku empat tahun lalu (hahaa terlalu dramatis), dan hampir pasti tidak jauh dari masalah hati juga namun berbeda kisah dengan pemulihan hati yang aku sebut di postingan sebelumnya. Sempat tawar menawar dengan Tuhan tentang keputusan yang harus dibuat, pengennya nggak ada kisah sedih, pengennya kisah itu aja, pengennya kisah seperti di kisah-kisah dogeng yang berakhir dengan kalimat akhirnya mereka hidup berbahagia selamanya. Jalan ke kanan atau ke kiri itu adalah ide-ide “setengah gila” yang menurut pikiran manusia adalah jalan keluar terbaik,untungnya tidak pernah aku laksanakan beneran karena aku akhirnya memutuskan untuk berjalan di jalan yang Tuhan pilihkan. Sekarang, empat tahun sudah berlalu..dan aku sama sekali tidak melihat ada kerugian apapun karena keputusanku untuk memilih jalan yang Tuhan tawarkan. Aku justru melihat kebaikan demi kebaikan, bahkan anugrah yang luar biasa.
Seandainya aku hari itu nggak menyambut uluran tangan Tuhan, apa jadinya ya?
Mungkin aku nggak akan pernah dipromosikan Tuhan untuk mendapatkan pekerjaan sebaik hari ini.
Mungkin aku nggak bisa melihat orang tuaku bahagia seperti sekarang karena aku aka nada nan jauh di luar pulau jawa sono.
Mungkin aku nggak akan berani naik sepeda motor hahaa..
1 Keputusan yang dibuat empat tahun lalu ternyata berdampak sampai hari ini...

“ Ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut.” (Amsal 25:33)


2012


Tahun 2012 akan segera berakhir dalam hitungan hari. Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu,.dan aku amat sangat bersyukur untuk satu tahun yang begitu luar biasa bersama Tuhan Yesus. Tema besar di tahun 2012 ini bagiku secara pribadi adalah pemulihan hati, dan karena itu sedikit surprise juga kalau ternyata di akhir tahun ini kehidupanku malah jauh lebih baik dari sebelumnya. Di awal tahun aku sempat kepikiran mungkin tahun 2012 ini akan menjadi tahun yang amat berat, akan banyak kegalauan dan ber-mellow mellow ria, namun ternyata kekuatiranku itu sama sekali tidak 100% benar. Memang di awal tahun keadaan masih kacau balau, sangat parah bahkan. Berjuang untuk pemulihan hati itu bukan hal yang mudah, ada banyak luka disana sini, kepahitan, kekecewaan karena melihat mimpi-mimpi yang sudah setengah jadi hancur berantakan itu menyakitkan. Namun perlahan tapi pasti Tuhan menyembuhkan hatiku, Tuhan memberi penghiburan dengan luar biasa, menemaniku di malam-malam penuh air mata.  Hari demi hari berlalu, berganti bulan sampai kemudian setengah tahun berlalu dan tiba-tiba saja aku menyadari bahwa hatiku tidak lagi sesakit dahulu, dan ketika aku tanpa sengaja menoleh ke belakang pada semua peristiwa menyakitkan yang ku alami aku tidak lagi memandang peristiwa itu sebagai sesuatu yang menyakitkan. Aku justru amat sangat bersyukur sekarang karena Tuhan mengijinkan itu semua terjadi, dan aku tahu itu karena DIA begitu mengasihiku. Bisa tersenyum lebar ketika menoleh ke masa lalu itu merupakan hal terbaik yang sudah Tuhan berikan di tahun ini, hatiku juga sudah memberi pengampunan untuk orang-orang yang telah memberi banyak luka di masa lalu, sebab dengan bertemu mereka aku belajar bahwa  tidak ada apapun di dunia ini (teman, sahabat, pasangan hidup, atau hal lain) yang mampu mengisi kekosongan dalam hati kita terdalam, kekosongan itu hanya bisa di isi oleh Tuhan.
Tahun 2012 juga merupakan tahun aku menanti janji Tuhan atas hidupku digenapi, namun sekali lagi waktu Tuhan bukan waktuku, dan aku tidak bisa melangkahi itu. Sepertinya harus bersabar sedikit lebih lama sambil terus menguatkan kepercayaan kepada Tuhan. Nah masa menanti janji Tuhan ini juga gak mudah, prosesnya bercampur menjadi satu dengan proses pemulihan hati sehingga kadang perlu lebih dari sekedar mampu untuk bertahan dan berjuang. Sempat salah mengartikan janji Tuhan (yah aku masih manusia biasa nggak mungkin selalu benar juga), yang dimaksud Tuhan dalam keseluruhan janji itu adalah A sedangkan aku mengartikannya setengah A setengah B..untungnya pemikiranku sudah diluruskan dan dibenarkan oleh Tuhan. Thanks God ^^.
Satu lagi yang begitu aku syukuri tahun ini adalah kenyataan bahwa aku masih bisa merayakan  Natal bersama-sama dengan keluarga yang masih lengkap plus dengan “hati” yang diperbaharui. Bukankah ini juga membahagiakan?hehee…
And now, aku bersiap untuk level kehidupan berikutnya yang Tuhan sediakan. bersiap untuk menerima berkat dan menjadi saluran berkatNya. Bersiap untuk menerima penggenapan janji Tuhan (siapa yang tahu mungkin tahun depan waktuNya). Aku siap, Tuhan! ^^
Nb. Selamat Natal semuanyaa…
Kasih Setia Tuhan senantiasa melingkupi kehidupan kita (Amin)


Kamis, 13 Desember 2012

Desember oh Desember ^.^


Tidak terasa sudah di pertengahan bulan Desember, di penghujung tahun 2012. Waktu berjalan begitu cepat, sepertinya baru beberapa waktu lalu merayakan natal dan meniup terompet tahun baru  dan sekarang sudah penghujung tahun lagi.
Hujan sepertinya menjadi “teman akrab” sehari-harinya, tiada hari tanpa hujan. Tiada acara pulang kerja tanpa berbasah-basahan. Thanks God, karena penyertaanNya yang sempurna di sepanjang perjalanan setiap harinya.
Hari-hari di bulan Desember juga senantiasa menjadi hari penuh kesibukan kerja. Beberapa hal harus benar-benar selesai minggu ini, sisanya harus selesai di akhir minggu depan sebelum natal  dan sebelum cuti dimulai sehingga tidak ada pekerjaan kantor yang dijadikan PR selama cuti nanti.
Semakin mendekati pergantian tahun, ada kekuatiran muncul berhubungan dengan pekerjaan. Sebuah sistem yang baru sedang menjadi wacana, dan apabila sistem ini terlaksana maka jam kerjapun akan berubah dan itu yang menjadi kekuatiran tersendiri untukku. Bagaimana jika harus ada shift siang atau malam?bagaimana jika harus pulang paling cepat pukul delapan malam membawa  motor sendirian mengingat jarak antara kantor dan rumah cukup jauh,sekitar 24 km dengan kondisi jalanan yang tidak cukup ramai kecuali di akhir pekan? Bagaimana jika hujan? Bagaimana dengan keamanan di jalan? Sejujurnya itu membuatku cukup takut. Tuhan, bagaimana ini?. Memang, dalam hati sudah mulai memikirkan alternatif cara untuk mengatasi keadaan namun tetap kekuatiran tidak bisa seketika lenyap. Kekuatiran yang kecil itu kemudian berkembang menjadi semakin besar, dan membuatku justru semakin lemah. Merasa tidak akan sanggup, merasa tidak mampu, merasa tidak mempunyai kekuatan untuk mengatasi keadaan itu. Untuk sebagian besar orang mungkin bukan masalah besar harus pulang pergi di malam hari dengan naik motor, namun untukku yang tidak cukup berani membawa motor di malam hari itu masalah mengkhawatirkan. Meskipun tiga tahun lalu di awal bekerja pernah menjalani hari-hari pulang malam dengan mengendarai motor sendirian, akan tetapi entah karena tidak lagi terbiasa aku merasa tidak seberani dulu untuk mengambil resiko.  Lalu Tuhan mengingatkanku lewat sebuah ayat,
“ Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus.” (2 Timotius 2 : 1).
Ayat ini seakan menyadarkanku dari ketakutan dan kekuatiran yang terlanjur menggunung. Jika dulu saja aku bisa mengapa nanti tidak bisa, jika dulu Tuhan menjagaiku dengan amat sangat baik, apakah sekarang tiba-tiba aku meragukan penyertaanNya?
Tuhan mau aku menjadi kuat bukan menjadi seorang yang lemah yang sedikit-sedikit mengeluh dan merasa tidak mampu,yang mandiri dan bisa melakukan banyak hal sekalipun seorang diri, karena kasih karuniaNya akan selalu cukup bagiku. Sekalipun belum ada jalan keluar yang pasti untuk hal ini, (toh keputusan akan perubahan sistem itu juga belum dibuat) aku harus tetap percaya pada Tuhan. Jika akhirnya sistem dijalankan lalu harus pulang malam seorang diri, aku percaya Tuhan akan menjaga setiap langkahku dengan cara yang sama seperti Dia menjagaku hari-hari ini, bahkan Tuhan akan menjagaku lebih lagi saat itu. Aku tahu dan tidak perlu kuatir karena penyertaanNya ada dan nyata. Aku harus kuat, aku bisa jika bersamaNya. Bersama Tuhan Yesus. 

...."Jangan takut, percaya saja." (Markus 5 : 36)

Selasa, 27 November 2012

Menanti Natal

Natal sudah di depan mata...
dan mulai merindukan beberapa rutinitas,
ingin segera menghias pohon natal dengan segala macam pernak-perniknya, memasang lampu-lampu mungil beraneka warna.
Menyiapkan kue, permen..memasak beberapa makanan..
Merangkai bunga mawar, krisan dan bunga balon lalu meletakkannya di atas meja.
Memutar lagu natal seharian penuh
Menyalakan lilin dalam gelap sambil menghayati lagu "Malam Kudus"
Dan satu hal lagi (khusus di tahun ini) menunggu surat cuti akan keluar atau tidak? ^^
Akan tetapi yang terpenting di atas semua rutinitas tadi,
Menyiapkan hati agar terus diperbaharui sehingga layak untuk sekali lagi menyambut kedatangan sang Juru Selamat-Tuhan Yesus Kristus.


Selamat mempersiapkan diri menyambut natal!^.^


" Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasehat Ajaib, Allah yang Perkasa, bapa yang Kekal, raja Damai." 


Jumat, 23 November 2012

Teman Kecil (2)

Hai, teman kecilku...
Apa kabarmu hari ini?
Masih sakit-kah engkau?
Tidak apa-apa. Tak lama lagi kau akan segera sembuh dan bisa kembali bermain dengan teman-temanmu,.tenggelam dalam duniamu yang penuh tawa.
Bagaimana  rasanya?tentu tidak menyenangkan terlalu sering terbatuk-batuk seperti itu?
Apa kau merasakan bahwa terasa berat bagimu untuk menghirup molekul-molekul udara disekitarmu?
Sepertinya iya,.hanya saja kau tidak bisa menggambarkannya karena bukan rasa sakit yang teramat sangat yang sedang kau rasakan melainkan sinyal tanda bahaya yang dikirimkan oleh indramu.
Ah teman kecilku, aku tak tega melihatmu seperti ini..
Mengapa kamu harus menjadi korban dari kesenangan orang-orang disekitarmu yang membakar sebatang rokok untuk kenikmatan pribadinya namun membagi asapnya kepadamu?membagi deritanya untukmu?
Mengapa kamu yang masih sekecil ini "dipaksakan" menghirup lebih banyak nikotin, karbonmonoksida, ammonia,metanol dan lain-lainnya dibandingkan oksigen?
Apakah mereka benar-benar tidak mengerti seberapa berharganya masa depanmu sehingga dengan mudah menyia-nyiakanmu dengan cara seperti ini?
Teman kecilku,..
Aku harap engkau akan baik-baik saja agar engkau bisa terbang setinggi-tingginya..agar engkau bisa kembali ceria dan tertawa.
Agar kelak engkau bisa mengatakan kepada mereka yang telah melakukan kesalahan ini terhadapmu untuk tidak mengulanginya sehingga di masa depan tidak perlu ada yang mengalami seperti yang kau alami saat ini.


Rabu, 21 November 2012

Kisah Gang Sempit.

Aku hanya sebuah gang biasa, lorong panjang yang menjadi jalan penghubung.

Lambat laun terabaikan karena jarang digunakan,tersisih oleh pamor kendaraan beroda dua dan bermesin. 
Aku tidak lebih dari lorong gelap di waktu malam yang tidak berpenerangan, 
aku jalan gersang dengan pot-pot bunga yang mengering karena tidak terawat,
dan aku kini menjadi saksi bisu untuk kisah mereka yang disimpan rapat sebagai rahasia diantara mereka.

Suatu ketika, seorang gadis ABG dan pacarnya berbincang berdua di sini..di gang sempit. Mungkin bagi mereka ini adalah tempat yang aman untuk berduaan. Mulanya semua berjalan biasa saja, tidak ada yang salah dengan mereka berdua hingga sebuah tangan melayang dan mendarat dengan keras di pipi si gadis--tentu saja itu adalah tangan pacar si gadis tadi. suasana berubah hening. Akupun terperangah melihatnya, namun apa daya tidak bisa melakukan apapun. Si gadis menangis dengan keras, tersedu-sedu sambil memegangi pipinya yang perih terkena tamparan orang yang dia cintai, namun bukannya pergi si gadis hanya terdiam. Si gadis hanya terdiam, menerima begitu saja perlakuan pacarnya. Menerima ketika kata-kata kasar, kotor, berbagai makian yang diarahkan kepadanya. 
"Apakah ini yang disebut cinta yang membuatmu rela diperlakukan tidak sepantasnya?"
"Apakah kamu bertahan dan rela menikah dengan seorang yang kemungkinan besar akan memperlakukan dirimu dengan cara seperti itu?"
"Apakah kamu terlalu takut untuk pergi, melepaskan seseorang yang kau cintai namun membuatmu menderita?"
Ah entahlah, hanya gadis itu sendiri yang bisa menjawabnya.

Waktu berganti lagi, 
Si gadis dan pacarnya tidak pernah lagi muncul. Berganti dengan segerombolan anak laki-laki yang masih berseragam merah putih. Mereka duduk-duduk, nongkrong, mengobrol kesana kemari. mereka yang bermimpi membeli diriku (membeli gang ini) untuk dijadikan markas mereka sepulang sekolah. Ah, aku ingin tertawa mendengarnya..namun tidak apa daripada mereka tidak punya mimpi di masa mudanya. Rasa senangku terhadap mereka nyatanya tidak bertahan lama, ketika mereka mulai mengeluarkan diam-diam dari dalam tas sekolah mereka sebatang rokok.
"Ayo aku ajari." begitu kata si anak yang berbadan kurus tinggi kepada temannya yang berparas lugu.
"Nggak ah. Aku nggak mau merokok." tolak si anak berparas lugu.
"Ah gak gaul kamu." sahut teman yang satu lagi.
Dan si anak berparas lugu itupun meragu dengan kekukuhan hatinya tadi.
Si tinggi kurus menyodorkan sebatang rokok dengan setengah memaksa, dan di paras lugu akhirnya menerima meski agak ragu.
"Kamu menghisapnya pelan-pelan. Rasanya pertama pasti aneh, nggak enak ya nyedot asapnya?" teman yang lain mulai mengajari.
Dengan terbatuk-batuk si paras lugu mulai membiasakan diri dengan rokok..satu lagi generasi bangsa ini yang memilih hal yang salah.
"Apakah ini yang disebut persahabatan sejati?yang membuat kamu mengikuti apa saja yang dilakukan oleh sahabatmu meskipun kamu tahu itu salah?"
"Apakah karena kamu tidak menjadi sama dengan mereka membuat kamu ketinggalan jaman dan tidak gaul?"
"Apakah sebegitu nikmatnya rasa sebatang rokok yang dibakar dan dihisap,sementara di sisi lain kamu tahu itu merusak tubuhmu?"

(bersambung)

Teman Kecil

 Pagi itu, Dhek!
Berulang kali kau bertanya padaku apa aku bersedia menemanimu ke sekolah? dan dengan rasa takjub karena memandangi wajah lucumu berubah menjadi semakin lucu karena pulasan make up aku mengangguk tanda setuju.
Pagi itu berbeda dengan pagi-pagi sebelumnya ketika kau selalu mengeluhkan seragam sekolahmu yang kesempitan.
Di sekolah, kau tertawa lepas seakan lupa bahwa beberapa menit sebelumnya kau spontan mengerucutkan bibir hanya gara-gara terlalu banyak orang yang berlagak sok mengatur pose fotomu. Ya,.kau juga terbahak-bahak menyaksikan teman-temanmu menjelma bak sosok pangeran dan putri raja yang cantik dengan kostum yang mereka kenakan.
Binar matamu tidak mengisyaratkan sedikitpun kedengkian terhadap mereka yang berdandan jauh lebih baik darimu.
Dhek, tahukah kamu...seketika memori lama menggelayut dalam otakku. Betapa sederhananya kehidupan yang kau miliki--sederhana namun sempurna. Kau belum cukup mengerti apa arti cinta sebab bagimu semua yang kau dapati hingga hari ini adalah kasih sayang tulus. Kau menikmati apa yang ada dihadapanmu, dan semua waktu adalah kebahagiaan terindah. Tak pernah dan memang tak perlu berpura-pura dalam segala hal hanya demi menyenangkan orang disekitarmu.
Masa-masa yang kau miliki hari ini telah berlalu dariku sejak lama, dan kini aku mendambanya sekali lagi (andai saja bisa)
karena mengenalmu adalah kesempatan
Menyentuhmu adalah anugrah
Hidup bersamamu adalah pengalaman
Teman kecilku,senang bertamasya mengarungi jejak masa lalu bersamamu








Selasa, 20 November 2012

Sebuah Pilihan Untuk Taat


Sedikit membahas tentang ketaatan ...
Jadi selama setahun terakhir ada sesuatu yang sedang aku tunggu,, kalo di jaman Perjanjian Lama dikisahkan Tuhan berjanji kepada bangsa Israel akan membawa mereka ke sebuah tanah yang penuh susu dan madu (Keluaran 3: 17) maka sekarang dalam konteks yang serupa namun tak sama Tuhan menjanjikan sebuah tanah perjanjian / promise land kepadaku. Sesuatu yang sifatnya detail dan sangat personal dan yang pasti untuk saat ini belum saatnya untuk diceritakan ^ ^. Dari awalnya ketika semangat untuk menunggu ada di level tertinggi sampai semangatku sudah menurun drastis. Acap kali keragu menggelayuti, pertanyaan-pertanyaan yang sama terus membayang-bayangi, tidak jarang kemudian jadi meragukan kemampuan kuasa Tuhan untuk melakukan sesuatu bahkan yang paling mustahil sekalipun. Memang sejak awal ketika Tuhan mulai menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan "promise land" ini aku tahu jalannya tidak akan mudah untuk dilalui. Beberapa orang bahkan mempertanyakan mengapa aku memilih jalan ini? Padahal ada jalan lain yang lebih mudah dan gak perlu sesusah ini.
Iya .. ya,, kalau dipikir dengan logika aku sendiri juga merasa ini sesuatu yang aneh dan sepertinya memang gak masuk akal? Ada jalan yang mudah mengapa milih yang sulit?
Nah .... ini gimana to Tuhan?
Tuhan mengingatkan aku pada kisah Ishak di Kejadian 26.
Alkisah pada masa itu kelaparan hebat sedang melanda,
"Maka timbullah kelaparan di negeri itu,-ini bukan kelaparan yang pertama, yang telah terjadi dalam zaman Abraham. Sebab itu Ishak pergi ke Gerar, kepada Abimelekh, raja orang Filistin "(kejadian 26: 1)"
Apakah Ishak seketika pergi ke Gerar?
Tidak, di ayat berikutnya di tulis
"Lalu TUHAN menampakkan diri kepadanya serta berfirman:" Janganlah pergi ke Mesir, diamlah di negeri yang akan KU katakan kepadamu. "(Kejadian 26: 2)
Atau dalam Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari dituliskan dengan jelas seperti ini,
"Hal itu dilakukannya (dilakukan Ishak) karena TUHAN telah menampakkan diri kepadanya dan berkata. "Jangan pergi ke Mesir tinggallah di negeri ini seperti yang Kuperintahkan kepadamu" (Kejadian 26: 2-BIS)
 Aku membayangkan gimana seandainya ada di posisi Ishak saat itu? Kalo aku .. mungkin bakal komplain ke Tuhan, "kok ke Gerar sieh Tuhan? Bukannya di Mesir itu bla .. bla .. blaa." Aku bakal mengutarakan argumentasi logis ke Tuhan. Belum lagi ketika menghadapi pertanyaan orang-orang di sekelilingnya, yang tentu saja ada yang gak setuju dengan keputusan Ishak pergi ke Gerar. Mungkin nieh (ini imajinasi pribadiku sendiri sih) orang-orang nanya "Ngapain sih kamu malah milih tinggal di Gerar? Rencana awalnya kan ke Mesir? Emangnya kamu nggak kuatir kalo tinggal di Gerar sini? Daaannn kalo aku yang jadi Ishak mungkin aku mulai meragukan Tuhan begitu mendengar banyak omongan dan pendapat orang lain. Aku bakal bertanya ke Tuhan "Beneran nieh Tuhan? Aku disuruh tinggal di Gerar?" Hehee ...
Tapi kita semua tahu, saat itu Ishak memilih untuk TAAT, di ayat 6 di sebutkan
"Jadi tinggallah Ishak di Gerar."
Setelah Ishak memutuskan tinggal di Gerar, Ishak mulai menabur dan apa hasilnya? Dia mendapatkan hasil seratus kali lipat pada tahun itu juga karena is diberkati Tuhan (Kejadian 26: 12)
Apa yang ku dapatkan dari ini?
Yup, Tuhan sedang meneguhkan kembali sesuatu yang berhubungan dengan promise land itu .. tentang bagaimana aku harus taat pada apa yang Tuhan minta untuk aku lakukan tanpa peduli apapun keadaannya sekarang, tanpa peduli apa kata orang. Aku tahu, banyak orang diluar sana yang bertanya-tanya "mengapa kamu memilih jalan ini?Bukannya ada jalan yang jauh lebih mudah dan itu nggak perlu membuat kamu mengalami perlambatan-perlambatan seperti ini?.
Nah, apalagi semakin kesini jalan menuju promise land itu kok sepertinya bertambah gelap?Ini gimana sih Tuhan? Selama beberapa bulan terakhir sampai beberapa hari lalu sama sekali gak ada tanda-tanda bakal ada pintu yang bakal terbuka, sedikiiiiit celahpun nggak ada. Situasi yang benar-benar membuatku sangat sangaaatttt tergoda untuk lari dari jalan TUHAN, keluar dari kehendakNya. Aku mulai mempertimbangkan omongan dan pendapat orang, mulai berpikir gimana seandainya selama ini aku salah jalan? Bukannya aku malah membuang waktu? Gimana kalo ternyata benar jalan yang mudah itu yang semestinya harus aku pilih? Parahnya ku berpikir gimana kalo Tuhan lupa terhadap janji-Nya kepadaku?
Dengan sabar Tuhan memberiku pengertian lewat kisah Ishak ini, posisiku sekarang ada di posisi yang sama ketika Ishak mengikuti perintah Tuhan; ia menjadi seorang pendatang / orang asing di Gerar. Aku emang nggak disuruh Tuhan untuk mutasi ke kota lain dan menjadi pendatang sih, cuman Tuhan mau menyatakan bahwa posisiku sekarang dengan segala keputusan yang aku buat untuk terus mengikuti jalan yang Tuhan tunjukkan ini telah membuat aku seperti seorang yang asing di antara orang-orang disekitarku. Aku memilih jalan yang gak lazim, sebuah pilihan yang secara logis akan direject seketika oleh kebanyakan orang. Aku rela beberapa hal mengalami perlambatan dan mimpi-mimpi pribadiku dihancurkan Tuhan hanya demi promise land., Orang "normal" pasti berpikir kok ya rela wong hasilnya aja belum tentu sama dengan yang kamu harapkan. Ketaatan Ishak secara positif bisa diartikan sebagai bentuk kepatuhannya pada Tuhan, sebagai bukti bahwa hidupnya melekat pada Tuhan .. walaupun secara logis ketaatan itu juga bisa diartikan sebagai sebuah keputusan terlalu beresiko.
apa yang dilakukan Ishak di Gerar selanjutnya adalah menabur. Ini adalah bukti bahwa ishak juga nggak main-main dengan ketaatannya sama Tuhan. Ishak nggak berpikir "ah udah nyampai di Gerar aku ongkang-ongkang aja. Kan Tuhan yang nyuruh aku tinggal di sini jadi ngapain susah-susah, ntar juga Tuhan yang bakal nyediain segala sesuatunya. "Wkwkw .. Ishak bekerja, ia menabur dan mendapatkan hasilnya begitupun yang Tuhan mau dari aku. Tuhan mau aku tidak hanya taat, ongkang-ongkang menunggu Tuhan membawaku begitu aja ke promise land. Tuhan mau aku menabur, menabur dalam hal ini aku harus berdoa dan berdoa tanpa menghiraukan kondisi yang semakin gak jelas, tanpa melihat pintu yang belum kunjung terbuka tapi melihat kepada Tuhan yang berkuasa untuk membuka pintu itu untukku.
Ahh Tuhan, makasih banyak karena sudah mengingatkan aku di saat yang tepat ketika niat dan godaan untuk melarikan diri dari kehendak Tuhan rasanya sudah nyaris aku lakukan. Makasih karena terus meyakinkan aku untuk terus berjalan dengan iman dan doa.Aku tahu aku akan sampai ke promise land, akan tiba saatnya apa yang Tuhan janjikan kepadaku digenapi. Seperti Ishak yang menuai hasil seratus kali lipat, maka Tuhan juga mampu melakukannya untukku. Aku akan menuai hasil dari doa yang ku tabur. 

Sabtu, 02 Juni 2012

Percakapan dengan DIA


Tengah malam,
Ketika semua orang terlelap dalam buai mimpi
Hanya ada aku dan engkau disini...dalam keheningan..dalam dimensi tak bernama
Saling menyelidik dan menjelajah hati.
Saling menunggu waktu yang tepat untuk berucap tentang segala resah yang tak menentu..
Detik demi detik berlalu
Aku tak tahan saling diam denganmu, tapi aku juga seolah menjadi kelu. Bagaimana mungkin mengucapkan ini semua kepadamu?
Bulir air mata tak lagi mengkristal, benteng pertahanan terakhirku akhirnya runtuh juga membasahi pipi.
“ Ada apa denganmu?aku ingin tahu.” Tanyamu dengan suara lembutmu yang selama ini tidak pernah gagal membuaiku.
Air mataku semakin menderas.
“ Aku membenci kesendirian.” Jawabku
“ Aku membenci saat-saat aku menjadi rapuh dan tak menemukan dirimu untuk menguatkan aku. Aku membenci jarak yang seakan tega memisahkan kita.” Nada suaraku timbul tenggelam diantara tangisan namun setiap kata itu masih mampu kuucapkan tanpa terbata.
“ Aku membenci malam-malam hampa untuk menunggumu tapi kau tak kunjung ada meski untuk sekedar menanyakan kabarku hari itu.”
Lama hening...
“ Bukankah aku selalu ada setiap detik, setiap menit, setiap waktu di sampingmu?” kau balik bertanya. Nada suaramu tetap tenang, tak ingin terseret dalam pusaran emosianalku.
“ Kau hanya membela diri.” Sahutku ketus sambil memalingkan muka lalu menarik selimut sampai sebatas muka. Mengacuhkanmu. 

Hening lagi.
Aku tahu kau belum beranjak pergi, masih menungguiku dengan sabar. Seperti malam-malam yang lalu ketika aku mulai merajuk dan melancarkan aksi mogok bicara, kau setia menemaniku sehingga seringkali aku sendiri yang kalah dan menyerah kemudian menyudahi aksi mogok bicaraku. Kau tahu apa, kapan, dan berapa lama waktu yang kubutuhkan untuk meredakan emosi, untuk mulai melunak dan mau berbicara kembali. Kau satu-satunya yang tahu semua tentang diriku.
Namun kali ini aku tidak mau mengalah padamu, tidak akan semudah malam-malam lalu untuk mengangkat bendera putih dan mengakui segala kebodohan.
Aku berusaha bertahan dalam diam selama yang aku bisa, hingga kelopak mataku semakin mengganjal berat tak bisa lagi terbuka. Aku tertidur, meninggalkanmu sendiri dalam diam.
Ah seharusnya aku memang tak melakukan ini,.

 

Menanti...dan...terus menanti...


Saya sedang menunggu janji Tuhan dalam hidup saya tergenapi. Duluuuu sekali saya berpikir betapa menyenangkannya ketika kita berjalan dengan memegang janji Tuhan. Seperti misalnya Abraham yang telah mendapat janji Tuhan bahwa dia akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa ( Kejadian 17: 4). Dalam pandangan saya betapa enaknya menjadi Abraham karena dia tahu apa yang akan Tuhan kerjakan dalam hidupnya. Dia hanya harus menguatkan iman kepercayaannya kepada Tuhan, duduk bersantai sambil menunggu Tuhan menggenapi semua yang telah Ia janjikan. Sayangnya pandangan saya itu terbukti salah, dan saya baru menyadarinya belakangan ini ketika saya tahu Tuhan menjanjikan sesuatu kepada saya secara pribadi.  Ternyata menunggu itu tidak mudah, ada masa up and down, ada masanya saya secara pribadi mulai merasa janji itu sangat mustahil untuk digenapi.
Seperti sekarang ini, dalam ketiba-tibaan Tuhan membawa saya masuk ke dalam lorong gelap. Tanpa sepengetahuan dan seijin saya, karena tentu saja jika penawaran diajukan kepada saya apakah bersedia atau tidak melewati lorong gelap ini maka dengan pasti jawaban saya TIDAK MAU ^^. Pertanyaan pertama saya ketika mulai menapaki lorong gelap ini adalah, “mengapa saya harus berada disini?”. Janji Tuhan yang semula nampak begitu nyata perlahan-lahan berubah samar,semakin samar, kemudian makin tidak terlihat. Semangat saya untuk menunggu perlahan juga ikut menyusut drastis, dari yang menggebu-gebu sampai ke titik nol bahkan minus. Sudah tidak terhitung berapa kali saya berteriak-teriak kepada Tuhan berharap Tuhan turun untuk memeluk saya memberi kekuatan yang baru bahkan dengan memelas saya berharap dengan sangat agar Tuhan segera membawa saya keluar dari lorong ini segera. Pertanyaan-pertanyaan dalam hati sayapun jadi beranak pinak, tidak cukup mengapa tetapi juga kapan, apa, dimana, bagaimana.
Kapan lorong gelap ini akan berakhir? Kapan janji Tuhan akan tergenapi?
Apakah penantian ini akan sepadan hasilnya?
Dimana pertolongan Tuhan?
Bagaimana jika ternyata selama ini saya salah mengartikan janji Tuhan? bukankah saya hanya membuang-buang waktu untuk menanti?
Dan jawaban Tuhan terhadap saya adalah TIDAK ADA. Saya masih diharuskan untuk menunggu lagi dan lagi.
Jujur saya begitu ingin (tergoda) untuk menyerah sekarang, namun saya juga mengerti itu bukan pilihan bijaksana. Tuhan telah menciptakan saya sebagai pemenang, bukan pecundang yang kalah sebelum peperangan di mulai. Saya mencoba mengingat-ingat apa yang telah Tuhan lakukan sebelum  perjalanan dalam lorong gelap dimulai, bagaimana Tuhan terus meyakinkan saya tentang janjiNya bahkan dengan cara yang terlihat memaksa dan nyeleneh. Bagaimana Tuhan akhirnya membuat saya setuju mengorbankan mimpi-mimpi pribadi saya demi rencanaNya yang lebih besar dalam kehidupan saya di masa depan. Lalu apakah pantas jika detik ini saya menyerah hanya karena saat ini berhadapan dengan lorong gelap? 
Saya yakin pada masa itu Abraham juga mengalami masa up and down, dia tentunya bertanya-tanya kepada Tuhan bagaimana mungkin janji itu tergenapi namun Abraham tidak pernah kehilangan pengharapannya kepada Tuhan sampai akhirnya janji itu tergenapi.
Abraham menanti dengan sabar dan demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya. (Ibrani 6 : 15)
Memang, saya tidak pantas untuk menyerah sekarang dan saya tahu Tuhan tidak ingin melihat saya menyerah. Saya harus terus bertahan, karena pada akhirnya proses ini bukan sekedar bagaimana janji Tuhan tergenapi namun bagaimana saya dibentuk menjadi semakin serupa dalam pengenalan akan Tuhan kita Yesus Kristus.
Nb : untuk siapapun di luar saya (terutama sahabat saya) yang saat ini juga sedang menunggu janji Tuhan dalam kehidupan kita masing-masing tergenapi, apapun itu bentuknya...tetaplah menanti dengan sabar. Tuhan yang akan menguatkan kita dalam penantian.
Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah. Engkau, TUHAN, yang akan menepatinya..... ( Mazmur 12 : 7-8a)

Selasa, 15 Mei 2012

Tuhan yang Selalu Baik


Kemarin sore ini, sebuah sms masuk dari salah seorang sahabat dekat saya.
Kira-kira seperti ini isi smsnya,
“ Kamu tahu tidak si XXX (yang identitasnya tidak bisa disebutkan disini) ternyata seorang penipu. Heheee. Tuhan baik.”
Saya penasaran apa yang sebenarnya terjadi, penipuan apa yang dia alami kok dia masih bisa berkata Tuhan baik?
Singkat cerita akhirnya kami berdua ngobrol selama beberapa menit di telepon.  
Sahabat saya ini bercerita bahwa dia berkenalan dengan si XXX tadi kira-kira sejak sebulan yang lalu. Walaupun belum saling bertemu muka dari perkenalan mereka dan beberapa perbincangan sahabat saya memberi penilaian positif kepada si XXX tadi. Kemudian si XXX berencana untuk datang ke Malang yaitu pada tanggal 14 Mei kemarin.
Nah karena merasa akan kedatangan seseorang, sahabat saya ini sudah merencanakan untuk pergi menjemput si XXX tadi tapi di saat rencana itu sudah matang dan dia akan berangkat tiba-tiba saja ada pemberitahuan bahwa akan ada rapat di kantor tempat dia bekerja. Padahal biasanya jarang sekali ada rapat yang diadakan secara dadakan seperti itu. Sebelumnya Tuhan memakai dua kejadian lain untuk mengingatkan sahabat saya ini, dia masuk ke sebuah toko untuk melihat sebuah barang yang di pesan si XXX (jadi si XXX  meminta teman saya untuk membelikan barang itu dan akan mengganti biayanya ketika mereka bertemu) namun entah mengapa sahabat saya keluar begitu saja tanpa membeli barang tersebut.
Kejadian lain, di hari yang sama yang telah ditentukan sebagai hari kedatangan si XXX beberapa kali si XXX menelpon teman saya dan mengatakan dia mengalami musibah dalam perjalanan. Merasa panik sahabat saya berniat membeli pulsa untuk menghubungi si XXX sekedar memastikan bagaimana keadaan XXX apakah baik-baik saja. lagi-lagi Tuhan entah bagaimana caranya membuat sahabat saya tidak jadi membeli pulsa sehingga tidak bisa menghubungi XXX.
Usut punya usut ada beberapa keganjilan dalam peristiwa akan datangnya si XXX termasuk soal musibah yang katanya di alami di perjalanan karena kemudian sahabat saya menyadari bahwa XXX hanya ingin menipu dia untuk mendapatkan keuntungan secara finansial.
Apakah sahabat saya kecewa? iya sebagian dari dirinya merasa kecewa namun dia mengatakan kepada saya bahwa dia merasa jauh...jauh..dan jauh lebih bersyukur karena Tuhan melindungi dia dari rancangan jahat seseorang dengan cara yang sangat sederhana namun begitu luar biasa. Bukankah kelihatannya hanya sebuah kebetulan ketika dia tidak bisa membeli pulsa, tidak jadi membeli barang yang di pesan oleh XXX, tidak jadi pergi menjemput karena rapat namun menurut saya tidak ada sebuah kebetulan dari semua kejadian itu, Tuhan memang mengijinkan itu terjadi sebagai sebuah bentuk perlindungan yang luar biasa untuk sahabat saya. Betapa baiknya Tuhan dalam kehidupan anak-anakNya.

Malam ini, Tuhan mengingatkan saya tentang kejadian yang dialami sahabat saya kemarin. Mengingatkan saya tentang dua kata yang dituliskan di sms. Tuhan baik. 
Tuhan tahu hati saya sedang kacau balau karena ada "satu sesi ujian" dalam hidup saya yang belum juga berakhir selama satu setengah tahun belakangan. Ujian yang amat sangat sepele namun paling menguras emosi, terbukti beberapa kali membuat saya menangis tersedu-sedu ^^. Saya bertanya-tanya kepada Tuhan, mengapa "satu sesi ujian" ini belum juga berakhir padahal bagian yang lain sudah lama berakhirnya. 
Malam ini sejujurnya saya berharap Tuhan memberi jawaban yang jelas, menjabarkan setiap alasan mengapa " satu sesi ujian" ini belum berakhir tetapi saya tidak mendapatkan itu. Tuhan hanya mengingatkan saya tentang kebaikanNya yang ternyata mampu membuat saya berhenti menuntut jawaban.
Ah...apapun yang terjadi, sekalipun banyak hal yang tidak bisa dimengerti, sekalipun banyak pertanyaan tak terjawab...Tuhan tetap baik dengan semua jalanNya.



Hei...Hei..



Rasanya sudah teramat lama meninggalkan dunia tulis menulis (sepersekian tahun mungkin), banyak kesibukan baru yang mau tidak mau memang harus dikerjakan dan entah mengapa sepertinya saya memang kehilangan banyak ide untuk dituliskan. mungkin tepatnya semua menjadi tumpul karena saya membiarkannya begitu saja.
Dan sekarang saya berpikir untuk memulainya lagi dari awal....

Seluruh tulisan yang nantinya lahir di blog ini didedikasikan khusus untuk Tuhan Yesus yang sejatinya adalah penulis kisah kehidupan paling sempurna untuk anak-anakNya.

Selamat membaca, selamat menikmati jejak kehidupan yang indah bersama Tuhan, dan semoga menjadi berkat.

Jesus Bless