Saya sedang menunggu janji Tuhan
dalam hidup saya tergenapi. Duluuuu sekali saya berpikir betapa menyenangkannya
ketika kita berjalan dengan memegang janji Tuhan. Seperti misalnya Abraham yang
telah mendapat janji Tuhan bahwa dia akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa (
Kejadian 17: 4). Dalam pandangan saya betapa enaknya menjadi Abraham karena dia
tahu apa yang akan Tuhan kerjakan dalam hidupnya. Dia hanya harus menguatkan
iman kepercayaannya kepada Tuhan, duduk bersantai sambil menunggu Tuhan
menggenapi semua yang telah Ia janjikan. Sayangnya pandangan saya itu terbukti
salah, dan saya baru menyadarinya belakangan ini ketika saya tahu Tuhan
menjanjikan sesuatu kepada saya secara pribadi.
Ternyata menunggu itu tidak mudah, ada masa up and down, ada masanya
saya secara pribadi mulai merasa janji itu sangat mustahil untuk digenapi.
Seperti sekarang ini, dalam
ketiba-tibaan Tuhan membawa saya masuk ke dalam lorong gelap. Tanpa
sepengetahuan dan seijin saya, karena tentu saja jika penawaran diajukan kepada
saya apakah bersedia atau tidak melewati lorong gelap ini maka dengan pasti
jawaban saya TIDAK MAU ^^. Pertanyaan pertama saya ketika mulai menapaki lorong
gelap ini adalah, “mengapa saya harus berada disini?”. Janji Tuhan yang semula
nampak begitu nyata perlahan-lahan berubah samar,semakin samar, kemudian makin
tidak terlihat. Semangat saya untuk menunggu perlahan juga ikut menyusut
drastis, dari yang menggebu-gebu sampai ke titik nol bahkan minus. Sudah tidak
terhitung berapa kali saya berteriak-teriak kepada Tuhan berharap Tuhan turun
untuk memeluk saya memberi kekuatan yang baru bahkan dengan memelas saya
berharap dengan sangat agar Tuhan segera membawa saya keluar dari lorong ini
segera. Pertanyaan-pertanyaan dalam hati sayapun jadi beranak pinak, tidak
cukup mengapa tetapi juga kapan, apa, dimana, bagaimana.
Kapan lorong gelap ini akan
berakhir? Kapan janji Tuhan akan tergenapi?
Apakah penantian ini akan sepadan
hasilnya?
Dimana pertolongan Tuhan?
Bagaimana jika ternyata selama
ini saya salah mengartikan janji Tuhan? bukankah saya hanya membuang-buang
waktu untuk menanti?
Dan jawaban Tuhan terhadap saya
adalah TIDAK ADA. Saya masih diharuskan untuk menunggu lagi dan lagi.
Jujur saya begitu ingin (tergoda)
untuk menyerah sekarang, namun saya juga mengerti itu bukan pilihan bijaksana.
Tuhan telah menciptakan saya sebagai pemenang, bukan pecundang yang kalah
sebelum peperangan di mulai. Saya mencoba mengingat-ingat apa yang telah Tuhan
lakukan sebelum perjalanan dalam lorong
gelap dimulai, bagaimana Tuhan terus meyakinkan saya tentang janjiNya bahkan
dengan cara yang terlihat memaksa dan nyeleneh. Bagaimana Tuhan akhirnya
membuat saya setuju mengorbankan mimpi-mimpi pribadi saya demi rencanaNya yang
lebih besar dalam kehidupan saya di masa depan. Lalu apakah pantas jika detik
ini saya menyerah hanya karena saat ini berhadapan dengan lorong gelap?
Saya yakin pada masa itu Abraham
juga mengalami masa up and down, dia tentunya bertanya-tanya kepada Tuhan
bagaimana mungkin janji itu tergenapi namun Abraham tidak pernah kehilangan
pengharapannya kepada Tuhan sampai akhirnya janji itu tergenapi.
“Abraham menanti
dengan sabar dan demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya.” (Ibrani 6 : 15)
Memang, saya tidak pantas untuk menyerah
sekarang dan saya tahu Tuhan tidak ingin melihat saya menyerah. Saya harus
terus bertahan, karena pada akhirnya proses ini bukan sekedar bagaimana janji
Tuhan tergenapi namun bagaimana saya dibentuk menjadi semakin serupa dalam
pengenalan akan Tuhan kita Yesus Kristus.
Nb : untuk siapapun di luar saya
(terutama sahabat saya) yang saat ini juga sedang menunggu janji Tuhan dalam
kehidupan kita masing-masing tergenapi, apapun itu bentuknya...tetaplah menanti
dengan sabar. Tuhan yang akan menguatkan kita dalam penantian.
“ Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak
yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah. Engkau,
TUHAN, yang akan menepatinya.....” ( Mazmur 12 : 7-8a)
0 komentar :
Posting Komentar