Tidak terasa sudah
di pertengahan bulan Desember, di penghujung tahun 2012. Waktu berjalan begitu
cepat, sepertinya baru beberapa waktu lalu merayakan natal dan meniup terompet
tahun baru dan sekarang sudah penghujung
tahun lagi.
Hujan sepertinya
menjadi “teman akrab” sehari-harinya, tiada hari tanpa hujan. Tiada acara
pulang kerja tanpa berbasah-basahan. Thanks God, karena penyertaanNya yang
sempurna di sepanjang perjalanan setiap harinya.
Hari-hari di bulan
Desember juga senantiasa menjadi hari penuh kesibukan kerja. Beberapa hal harus
benar-benar selesai minggu ini, sisanya harus selesai di akhir minggu depan
sebelum natal dan sebelum cuti dimulai
sehingga tidak ada pekerjaan kantor yang dijadikan PR selama cuti nanti.
Semakin mendekati
pergantian tahun, ada kekuatiran muncul berhubungan dengan pekerjaan. Sebuah
sistem yang baru sedang menjadi wacana, dan apabila sistem ini terlaksana maka
jam kerjapun akan berubah dan itu yang menjadi kekuatiran tersendiri untukku.
Bagaimana jika harus ada shift siang atau malam?bagaimana jika harus pulang
paling cepat pukul delapan malam membawa
motor sendirian mengingat jarak antara kantor dan rumah cukup
jauh,sekitar 24 km dengan kondisi jalanan yang tidak cukup ramai kecuali di
akhir pekan? Bagaimana jika hujan? Bagaimana dengan keamanan di jalan?
Sejujurnya itu membuatku cukup takut. Tuhan, bagaimana ini?. Memang, dalam hati
sudah mulai memikirkan alternatif cara untuk mengatasi keadaan namun tetap
kekuatiran tidak bisa seketika lenyap. Kekuatiran yang kecil itu kemudian
berkembang menjadi semakin besar, dan membuatku justru semakin lemah. Merasa
tidak akan sanggup, merasa tidak mampu, merasa tidak mempunyai kekuatan untuk
mengatasi keadaan itu. Untuk sebagian besar orang mungkin bukan masalah besar harus pulang pergi di
malam hari dengan naik motor, namun untukku yang tidak cukup berani membawa
motor di malam hari itu masalah mengkhawatirkan. Meskipun tiga tahun lalu di
awal bekerja pernah menjalani hari-hari pulang malam dengan mengendarai motor
sendirian, akan tetapi entah karena tidak lagi terbiasa aku merasa tidak
seberani dulu untuk mengambil resiko. Lalu Tuhan mengingatkanku
lewat sebuah ayat,
“ Sebab itu, hai
anakku, jadilah kuat oleh kasih
karunia dalam Kristus Yesus.” (2 Timotius 2 : 1).
Ayat ini seakan
menyadarkanku dari ketakutan dan kekuatiran yang terlanjur menggunung. Jika
dulu saja aku bisa mengapa nanti tidak bisa, jika dulu Tuhan menjagaiku dengan
amat sangat baik, apakah sekarang tiba-tiba aku meragukan penyertaanNya?
Tuhan mau aku
menjadi kuat bukan menjadi seorang yang lemah yang sedikit-sedikit mengeluh dan
merasa tidak mampu,yang mandiri dan bisa melakukan banyak hal sekalipun seorang
diri, karena kasih karuniaNya akan selalu cukup bagiku. Sekalipun belum ada
jalan keluar yang pasti untuk hal ini, (toh keputusan akan perubahan sistem itu
juga belum dibuat) aku harus tetap percaya pada Tuhan. Jika akhirnya sistem
dijalankan lalu harus pulang malam seorang diri, aku percaya Tuhan akan menjaga
setiap langkahku dengan cara yang sama seperti Dia menjagaku hari-hari ini,
bahkan Tuhan akan menjagaku lebih lagi saat itu. Aku tahu dan tidak perlu
kuatir karena penyertaanNya ada dan nyata. Aku harus kuat, aku bisa jika
bersamaNya. Bersama Tuhan Yesus.
...."Jangan takut, percaya saja." (Markus 5 : 36)
0 komentar :
Posting Komentar