Rabu, 21 November 2012

Kisah Gang Sempit.

Aku hanya sebuah gang biasa, lorong panjang yang menjadi jalan penghubung.

Lambat laun terabaikan karena jarang digunakan,tersisih oleh pamor kendaraan beroda dua dan bermesin. 
Aku tidak lebih dari lorong gelap di waktu malam yang tidak berpenerangan, 
aku jalan gersang dengan pot-pot bunga yang mengering karena tidak terawat,
dan aku kini menjadi saksi bisu untuk kisah mereka yang disimpan rapat sebagai rahasia diantara mereka.

Suatu ketika, seorang gadis ABG dan pacarnya berbincang berdua di sini..di gang sempit. Mungkin bagi mereka ini adalah tempat yang aman untuk berduaan. Mulanya semua berjalan biasa saja, tidak ada yang salah dengan mereka berdua hingga sebuah tangan melayang dan mendarat dengan keras di pipi si gadis--tentu saja itu adalah tangan pacar si gadis tadi. suasana berubah hening. Akupun terperangah melihatnya, namun apa daya tidak bisa melakukan apapun. Si gadis menangis dengan keras, tersedu-sedu sambil memegangi pipinya yang perih terkena tamparan orang yang dia cintai, namun bukannya pergi si gadis hanya terdiam. Si gadis hanya terdiam, menerima begitu saja perlakuan pacarnya. Menerima ketika kata-kata kasar, kotor, berbagai makian yang diarahkan kepadanya. 
"Apakah ini yang disebut cinta yang membuatmu rela diperlakukan tidak sepantasnya?"
"Apakah kamu bertahan dan rela menikah dengan seorang yang kemungkinan besar akan memperlakukan dirimu dengan cara seperti itu?"
"Apakah kamu terlalu takut untuk pergi, melepaskan seseorang yang kau cintai namun membuatmu menderita?"
Ah entahlah, hanya gadis itu sendiri yang bisa menjawabnya.

Waktu berganti lagi, 
Si gadis dan pacarnya tidak pernah lagi muncul. Berganti dengan segerombolan anak laki-laki yang masih berseragam merah putih. Mereka duduk-duduk, nongkrong, mengobrol kesana kemari. mereka yang bermimpi membeli diriku (membeli gang ini) untuk dijadikan markas mereka sepulang sekolah. Ah, aku ingin tertawa mendengarnya..namun tidak apa daripada mereka tidak punya mimpi di masa mudanya. Rasa senangku terhadap mereka nyatanya tidak bertahan lama, ketika mereka mulai mengeluarkan diam-diam dari dalam tas sekolah mereka sebatang rokok.
"Ayo aku ajari." begitu kata si anak yang berbadan kurus tinggi kepada temannya yang berparas lugu.
"Nggak ah. Aku nggak mau merokok." tolak si anak berparas lugu.
"Ah gak gaul kamu." sahut teman yang satu lagi.
Dan si anak berparas lugu itupun meragu dengan kekukuhan hatinya tadi.
Si tinggi kurus menyodorkan sebatang rokok dengan setengah memaksa, dan di paras lugu akhirnya menerima meski agak ragu.
"Kamu menghisapnya pelan-pelan. Rasanya pertama pasti aneh, nggak enak ya nyedot asapnya?" teman yang lain mulai mengajari.
Dengan terbatuk-batuk si paras lugu mulai membiasakan diri dengan rokok..satu lagi generasi bangsa ini yang memilih hal yang salah.
"Apakah ini yang disebut persahabatan sejati?yang membuat kamu mengikuti apa saja yang dilakukan oleh sahabatmu meskipun kamu tahu itu salah?"
"Apakah karena kamu tidak menjadi sama dengan mereka membuat kamu ketinggalan jaman dan tidak gaul?"
"Apakah sebegitu nikmatnya rasa sebatang rokok yang dibakar dan dihisap,sementara di sisi lain kamu tahu itu merusak tubuhmu?"

(bersambung)

0 komentar :

Posting Komentar