Selasa, 20 November 2012

Sebuah Pilihan Untuk Taat


Sedikit membahas tentang ketaatan ...
Jadi selama setahun terakhir ada sesuatu yang sedang aku tunggu,, kalo di jaman Perjanjian Lama dikisahkan Tuhan berjanji kepada bangsa Israel akan membawa mereka ke sebuah tanah yang penuh susu dan madu (Keluaran 3: 17) maka sekarang dalam konteks yang serupa namun tak sama Tuhan menjanjikan sebuah tanah perjanjian / promise land kepadaku. Sesuatu yang sifatnya detail dan sangat personal dan yang pasti untuk saat ini belum saatnya untuk diceritakan ^ ^. Dari awalnya ketika semangat untuk menunggu ada di level tertinggi sampai semangatku sudah menurun drastis. Acap kali keragu menggelayuti, pertanyaan-pertanyaan yang sama terus membayang-bayangi, tidak jarang kemudian jadi meragukan kemampuan kuasa Tuhan untuk melakukan sesuatu bahkan yang paling mustahil sekalipun. Memang sejak awal ketika Tuhan mulai menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan "promise land" ini aku tahu jalannya tidak akan mudah untuk dilalui. Beberapa orang bahkan mempertanyakan mengapa aku memilih jalan ini? Padahal ada jalan lain yang lebih mudah dan gak perlu sesusah ini.
Iya .. ya,, kalau dipikir dengan logika aku sendiri juga merasa ini sesuatu yang aneh dan sepertinya memang gak masuk akal? Ada jalan yang mudah mengapa milih yang sulit?
Nah .... ini gimana to Tuhan?
Tuhan mengingatkan aku pada kisah Ishak di Kejadian 26.
Alkisah pada masa itu kelaparan hebat sedang melanda,
"Maka timbullah kelaparan di negeri itu,-ini bukan kelaparan yang pertama, yang telah terjadi dalam zaman Abraham. Sebab itu Ishak pergi ke Gerar, kepada Abimelekh, raja orang Filistin "(kejadian 26: 1)"
Apakah Ishak seketika pergi ke Gerar?
Tidak, di ayat berikutnya di tulis
"Lalu TUHAN menampakkan diri kepadanya serta berfirman:" Janganlah pergi ke Mesir, diamlah di negeri yang akan KU katakan kepadamu. "(Kejadian 26: 2)
Atau dalam Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari dituliskan dengan jelas seperti ini,
"Hal itu dilakukannya (dilakukan Ishak) karena TUHAN telah menampakkan diri kepadanya dan berkata. "Jangan pergi ke Mesir tinggallah di negeri ini seperti yang Kuperintahkan kepadamu" (Kejadian 26: 2-BIS)
 Aku membayangkan gimana seandainya ada di posisi Ishak saat itu? Kalo aku .. mungkin bakal komplain ke Tuhan, "kok ke Gerar sieh Tuhan? Bukannya di Mesir itu bla .. bla .. blaa." Aku bakal mengutarakan argumentasi logis ke Tuhan. Belum lagi ketika menghadapi pertanyaan orang-orang di sekelilingnya, yang tentu saja ada yang gak setuju dengan keputusan Ishak pergi ke Gerar. Mungkin nieh (ini imajinasi pribadiku sendiri sih) orang-orang nanya "Ngapain sih kamu malah milih tinggal di Gerar? Rencana awalnya kan ke Mesir? Emangnya kamu nggak kuatir kalo tinggal di Gerar sini? Daaannn kalo aku yang jadi Ishak mungkin aku mulai meragukan Tuhan begitu mendengar banyak omongan dan pendapat orang lain. Aku bakal bertanya ke Tuhan "Beneran nieh Tuhan? Aku disuruh tinggal di Gerar?" Hehee ...
Tapi kita semua tahu, saat itu Ishak memilih untuk TAAT, di ayat 6 di sebutkan
"Jadi tinggallah Ishak di Gerar."
Setelah Ishak memutuskan tinggal di Gerar, Ishak mulai menabur dan apa hasilnya? Dia mendapatkan hasil seratus kali lipat pada tahun itu juga karena is diberkati Tuhan (Kejadian 26: 12)
Apa yang ku dapatkan dari ini?
Yup, Tuhan sedang meneguhkan kembali sesuatu yang berhubungan dengan promise land itu .. tentang bagaimana aku harus taat pada apa yang Tuhan minta untuk aku lakukan tanpa peduli apapun keadaannya sekarang, tanpa peduli apa kata orang. Aku tahu, banyak orang diluar sana yang bertanya-tanya "mengapa kamu memilih jalan ini?Bukannya ada jalan yang jauh lebih mudah dan itu nggak perlu membuat kamu mengalami perlambatan-perlambatan seperti ini?.
Nah, apalagi semakin kesini jalan menuju promise land itu kok sepertinya bertambah gelap?Ini gimana sih Tuhan? Selama beberapa bulan terakhir sampai beberapa hari lalu sama sekali gak ada tanda-tanda bakal ada pintu yang bakal terbuka, sedikiiiiit celahpun nggak ada. Situasi yang benar-benar membuatku sangat sangaaatttt tergoda untuk lari dari jalan TUHAN, keluar dari kehendakNya. Aku mulai mempertimbangkan omongan dan pendapat orang, mulai berpikir gimana seandainya selama ini aku salah jalan? Bukannya aku malah membuang waktu? Gimana kalo ternyata benar jalan yang mudah itu yang semestinya harus aku pilih? Parahnya ku berpikir gimana kalo Tuhan lupa terhadap janji-Nya kepadaku?
Dengan sabar Tuhan memberiku pengertian lewat kisah Ishak ini, posisiku sekarang ada di posisi yang sama ketika Ishak mengikuti perintah Tuhan; ia menjadi seorang pendatang / orang asing di Gerar. Aku emang nggak disuruh Tuhan untuk mutasi ke kota lain dan menjadi pendatang sih, cuman Tuhan mau menyatakan bahwa posisiku sekarang dengan segala keputusan yang aku buat untuk terus mengikuti jalan yang Tuhan tunjukkan ini telah membuat aku seperti seorang yang asing di antara orang-orang disekitarku. Aku memilih jalan yang gak lazim, sebuah pilihan yang secara logis akan direject seketika oleh kebanyakan orang. Aku rela beberapa hal mengalami perlambatan dan mimpi-mimpi pribadiku dihancurkan Tuhan hanya demi promise land., Orang "normal" pasti berpikir kok ya rela wong hasilnya aja belum tentu sama dengan yang kamu harapkan. Ketaatan Ishak secara positif bisa diartikan sebagai bentuk kepatuhannya pada Tuhan, sebagai bukti bahwa hidupnya melekat pada Tuhan .. walaupun secara logis ketaatan itu juga bisa diartikan sebagai sebuah keputusan terlalu beresiko.
apa yang dilakukan Ishak di Gerar selanjutnya adalah menabur. Ini adalah bukti bahwa ishak juga nggak main-main dengan ketaatannya sama Tuhan. Ishak nggak berpikir "ah udah nyampai di Gerar aku ongkang-ongkang aja. Kan Tuhan yang nyuruh aku tinggal di sini jadi ngapain susah-susah, ntar juga Tuhan yang bakal nyediain segala sesuatunya. "Wkwkw .. Ishak bekerja, ia menabur dan mendapatkan hasilnya begitupun yang Tuhan mau dari aku. Tuhan mau aku tidak hanya taat, ongkang-ongkang menunggu Tuhan membawaku begitu aja ke promise land. Tuhan mau aku menabur, menabur dalam hal ini aku harus berdoa dan berdoa tanpa menghiraukan kondisi yang semakin gak jelas, tanpa melihat pintu yang belum kunjung terbuka tapi melihat kepada Tuhan yang berkuasa untuk membuka pintu itu untukku.
Ahh Tuhan, makasih banyak karena sudah mengingatkan aku di saat yang tepat ketika niat dan godaan untuk melarikan diri dari kehendak Tuhan rasanya sudah nyaris aku lakukan. Makasih karena terus meyakinkan aku untuk terus berjalan dengan iman dan doa.Aku tahu aku akan sampai ke promise land, akan tiba saatnya apa yang Tuhan janjikan kepadaku digenapi. Seperti Ishak yang menuai hasil seratus kali lipat, maka Tuhan juga mampu melakukannya untukku. Aku akan menuai hasil dari doa yang ku tabur. 

0 komentar :

Posting Komentar